Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahu Tempe Naik Harga, Anak Kos Makan Apa?

22 Februari 2022   23:56 Diperbarui: 23 Februari 2022   06:15 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terjemahan dari komik di atas yang menggunakan dialek Melayu Ambon:

"Waduh, minyak goreng naik harga, tahu tempe naik harga. Setelah ini apa lagi yang akan naik harganya?"

"Udah mau masuk kuliah,  tidak ada uang lagi. Tiap saat beli paket data buat zoom."

"Semoga uang kuliah ada potongan. Udah kurang darah, tidak ada uang mau makan juga musti menghemat."

Komik singkat di atas mungkin menggambarkan bagaimana keadaan anak kosan saat ini, yang sedang berjibaku memikirkan cara akibat dampak dari kenaikkan harga tempe tahu hingga minyak goreng. Bukan hanya para pedagang tahu yang menjerit atau para pedagang gorengan dan ibu-ibu dapur saja, tapi mahasiswa yang lagi ngekos juga merasakan hal tersebut.

Sebagai anak kos, saya pun turut merasakannya. Pagi tadi, saya ke pasar untuk membeli bahan makanan terutama tahu dan tempe yang tidak pernah saya lewatkan setiap kali saya ke pasar. Saya sedikit terkejut karena ukuran dari tahu yang biasanya agak besar sudah kelihatan agak sedikit kecil. Lalu, saya pun bertanya kepada langganan saya tersebut,

"Mama, lia tahu kaya su kacil-kacil kah? Biasa beta bali ukuran paleng basar" (Ibu, tahu kok ukurannya agak kecil? Biasa saya beli ukurannya sangat besar).

"Sio Nyong ee, ini mama dong dapa dari pabrik bagini. Harga kedelai ada mahal jadi" (Aduh Nak, ini juga ibu beli dari pabrik ukurannya sudah begini karena harga kedelai sedang mahal).

Mengapa harga kedelai bisa naik?

Sumber:Pixabay.com
Sumber:Pixabay.com
Di saat Varian Omicron sedang naik-naiknya, eh harga minyak goreng juga ikut naik. Belum selesai masalahnya, para pengusaha tempe tahu kembali protes akibat naiknya harga kedelai. Sebelumnya perlu diketahui bahwa selama ini negara kita masih mengimpor kedelai dari Amerika Serikat.

Kenaikkan harga kedelai impor saat ini bukan tanpa alasan yang jelas. Akan tetapi, ada faktor-faktor penyebabnya yang berkaitan dengan berbagai isu global saat ini. Selain pandemi, mahalnya harga kedelai juga terjadi akibat pelemahan nilai tukar rupiah, faktor alam dan isu global lainnya. Penyebab pertama datang dari cuaca buruk El Nina di Argentina, Amerika Selatan. Kedua adalah permintaan kedelai yang tinggi terutama dari China.

Peternak babi di China menjadikan kedelai sebagai pakan utamanya Babi. Serta harga kedelai naik akibat dari mengikuti kenaikkan pasar internasional. Ketidakpastian cuaca dan inflasi makanan di Amerika Serikat juga sangat berpengaruh mengingat negara ini merupakan salah satu eksportir utama kedelai dunia.

Sumber:Pixabay.com
Sumber:Pixabay.com
Mengapa Indonesia masih mengimpor kedelai dari Amerika? Bagaimana dengan kedelai lokal?

Banyak masyarakat kemudian bertanya-tanya, kenapa negara kita masih bergantung kepada Amerika dalam mengimpor kedelai? Apakah kita tidak punya kedelai lokal?

Siapa bilang kita tidak memiliki kedelai lokal? Namun, stok kedelai lokal yang ada di negara kita tidak dapat memenuhi pasokan permintaan pasar yang ada. Kita tahu sendiri bahwa produk olahan kedelai yakni tempe dan tahu merupakan makanan yang disukai hampir semua penduduk Indonesia.

 Banyak sekali permintaan pasar dari masyarakat dalam membeli tempe tahu membuat petani kedelai lokal kewalahan menyediakan kedelai untuk dipasok pada pabrik-pabrik. Hal lain yang juga turut berpengaruh adalah produksi kedelai dalam negeri sangat rendah akibatnya tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik.

Penyebabnya adalah luas ketersediaan lahan panen yang terus menyusut akibat perubahan fungsi lahan ke sektor non-pertanian. Trasformasi lahan tidak bisa untuk dihindari. Tuntutan ekonomi menjadi pemicu dan lajunya pertumbuhan penduduk yang makin tinggi setiap saat. Petani kita juga banyak yang kurang tertarik menanam kedelai. Mereka lebih memilih menanam komoditi lain yang punya kepastian pasar.

Kedelai lokal kita juga perlu diakui mempunyai kualitas di bawah produk impor. Akibatnya, produsen tempe tahu kurang berminat menggunakan kedelai lokal. Penyebab berikutnya terkait dengan permasalahan resesi ekonomi yang menyebabkan masyarakat tidak mampu membeli protein hewani. Akibatnya, mereka beralih kepada tahu tempe yang memiliki nilai gizi dan protein sebagai alternatif pengganti protein hewani. Dan masyarakat kelas menengah keatas sudah mulai menerapkan gaya hidup vegan.

Bagaimana nasib mahasiswa di kosan?, 

"Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Asupan Gisi Anak Kos" (Buat kalian mahasiswa ilmu Gizi judul ini bisa jadi judul Skripsi kalian. Di sini saya akan bahas kulit luarnya aja, kalo mau buat penelitian silakan, Wkwkwkwkw...)

Agak absurd dengan pertanyaan dan judul di atas. Tapi, sabar dulu. Banyak artikel mungkin sudah membahas terkait dengan dampak kenaikkan kedelai dari berbagai sisi, ada yang mengupas terkait dengan perajin tahu tempe yang protes dan mau demo. Kemudian, para pedagang kecil sampai dengan para penjual gorengan.

Maka dari itu, saya sebagai perwakilan mahasiswa kos seluruh Indonesia, mewakili perasaan kita yang saat ini merasa terkena dampak kenaikkan harga kedelai. Wkwkwk... agak lucu mungkin, tapi saya ingin mengulas permasalahan naiknya harga tempe tahu dari sudut pandang anak kos.

Sumber:Dokumen Pribadi (Desain By Canva) 
Sumber:Dokumen Pribadi (Desain By Canva) 
Jujur, sebagai anak kos saya sangat merasa terdampak. Tahu dan tempe yang biasa saya dapatkan dengan ukuran besar bisa untuk dimakan 2 sampai 3 hari, kini hanya cukup makan 1 hari saja. Para produser terpaksa mengecilkan ukurannya biar tidak merugi. Mau bagaimana lagi? Dengan keadaan seperti pandemi yang sekarang menerjang, justru malah harga kedelai ikut naik.

Pemenuhan gizi anak kos itu sangat kurang dan memprihatinkan. Coba kalian bayangkan, makan sekali sehari dan bahkan ada pula yang hanya bertahan dengan air putih menahan lapar kalau terlambat dapat kiriman apalagi di akhir-akhir bulan, tentu hal ini sangat menyiksa bagi anak kos. Mi instan menjadi menu utama buat anak kos, demi perbaikan gizi. Jika tanggal muda, tahu dan tempe menjadi pilihan agar tercukupkan asupan protein.

komik-strip-kantor-3-panel-siklus-hidup-krem-2-621512ecdd3943392b736c84.jpg
komik-strip-kantor-3-panel-siklus-hidup-krem-2-621512ecdd3943392b736c84.jpg

Dalam keadaan pandemi seperti sekarang ini, imun tubuh perlu kuat. Kuliah online, tugas menumpuk, mikir untuk bayar UKT, beli kuota dan belum lagi mama kos yang sudah gebrak-gebrak pintu karena uang kos nunggak. Argh, bikin pusing tujuh keliling. Uang makan pas-pasan harus super menghemat.

Tahu dan tempe begitu diperlukan oleh anak-anak kos agar dapat menjadi asupan protein, supaya enzim dan hormon dalam tubuh yang terkuras habis akibat kebanyakan stres dapat dipulihkan kembali. Nah, salah satu fungsi protein adalah menghasilkan enzim dan hormon yang dapat menjaga fungsi sel dan organ tubuh. Selain itu, membantu memperbaiki jaringan sel agar dapat bekerja dengan optimal akibat terlalu banyak stres.

Akibat ketergantungan bahan baku impor tersebut, mau tidak mau harga tahu dan tempe pun menjadi tidak stabil. Sebagaimana barang impor yang terpengaruh fluktuasi nilai tukar, maka pilihan para produser yaitu antara menaikkan harga atau mengecilkan volume tempe dan tahu. Kalau sudah seperti sekarang ini, kami pun makin menjerit.

Sumber:Pixabay.com
Sumber:Pixabay.com
Mau beli ikan asin, tapi kemahalan harganya. Satu-satunya makanan yang sehat dan murah bagi anak kos adalah tempe dan tahu. Yah, akhirnya harus makan mie instan walaupun tidak sehat tapi mau bagaimana lagi, daripada mati kelaparan. Padahal selama ini, kebanyakan mahasiswa yang tinggal di kos-kosan rela makan nasi campur tahu dan tempe goreng yang dibaluri kecap manis setiap hari, hanya demi terpenuhinya asupan protein dan menghemat budget bulanan.

Buat kalian anak kos yang merupakan para kompasianer, kemungkinan salah satu cara agar bisa mendapatkan pemenuhan gizi adalah memperbanyak tulisan di Kompasiana dengan kualitas tulisan yang bagus biar akhir bulan dapat K-reward. Wkwkwk.. Atau kalian juga dapat mengikuti berbagai lomba. Usahakan lomba yang diikuti dapat juara biar hadiahnya bisa beli makan yang enak. Hehehe.. Kalian pasti seperti itu bukan? Hayo ngaku, jangan malu-malu.

Harapannya, semoga mimin Kompasiana yang baik hati mau buat banyak-banyak lomba di Kompasiana biar kita mahasiswa bisa ikutan dan dapat banyak hadiah. Kalau beberapa bulan ke depan tidak ada lomba, ya kita makan mie instan saja sembari menunggu harga kedelai turun. Ahahaha...

Akhirnya, dalam melihat fenomena ini pemerintah perlu bertindak tegas agar  masalah harga kedelai bisa terkontrol dengan baik. Serta perlu mengembangkan para petani dan mendorong mereka dalam membudidaya kedelai. Tujuannya, agar kita tidak perlu impor-impor lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun