Sistem yang salah inilah tetap dipertahankan sampai detik ini, orang pintar dikaitkan dengan mereka yang bergelar, ranking umum dan wisuda dengan predikat cumlaude. Bagi saya semua itu pemikiran yang keliru.
Mengapa bisa demikian?
Jika bukan nilai akademik dan gelar yang menjadi acuan, apakah standar kepintaran seseorang di ukur dari IQ akan lebih akurat? Jawabannya juga tetap tidak.
Argumen yang saya paparkan ini bukan tanpa dasar ilmiah, hal ini diperkuat oleh beberapa pandangan para ahli dari hasil eksperimen mereka terhadap kecerdasan manusia. Kalangan ahli berpandangan bahwasanya IQ tidak bisa serta merta menjadi tolak ukur kecerdasan seorang.
Hingga detik ini pun, para ahli belum dapat menemukan suatu kesepakatan baku dalam mendefenisikan apa itu kecerdasan. Diukur menggunakan alat apa? serta arti dari score kecerdasan seseorang.
Baca Juga: Tahu Tempe Naik Harga, Anak Kos Makan Apa?
Di negara maju, baik itu para psikolog, pendidik dan sekolah-sekolah sudah tidak lagi menggunakan Intelligence Quotient atau nilai kecerdasan seseorang yang kita kenal dengan istilah IQ.
Dari kalangan umum dan non akademik berpikir bahwa kemampuan pikiran belum bisa pasti membuat seseorang menjadi terlihat cerdas dan adaptif dalam bertingkah laku karena kecerdasan pada intinya adalah suatu kemampuan manusia yang adaptif sebagai individu.
Perlu kita ketahui bahwa kecerdasan terbagi dalam berbagi hal yang tidak terbatas, makanya sangat keliru jika IQ menjadi tolak ukur kepintaran seseorang.
Pandangan yang dikemukakan oleh para ahli di atas berdasarkan pada hasil riset mereka seperti yang dilakukan oleh salah satu peneliti senior dari Canada Excellence Research Chair in Cognitive Neuroscience and Imaging di University's Brain and Mind Institute yaitu Dr. Adrian Owen.
Owen menyatakan bahwa hanya sebuah mitos belaka jika kepintaran diukur dari skor IQ. Hasil tes IQ tidak bisa menunjukan dengar benar kepintaran orang secara utuh dan menyeluruh.