Bismiillah
Assalamualaikum Wr. Wb, saya Hendra Suryadiningrat, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Kali ini, saya ingin menuliskan pengalaman saya melalui Jurnal Refleksi Dwi Mingguan modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik.
Setelah mengikuti proses pembelajaran dan menyelesaikan berbagai tugas Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik, maka saya akan melakukan refleksi dengan model 4F yang yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu:
- Facts (Peristiwa)
- Feelings (Perasaan)
- Findings (Pembelajaran)
- Future (Penerapan )
Jurnal refleksi ini saya buat tidak hanya sekedar untuk pemenuhan tugas yang diberikan, tetapi juga sebagai cerminan dan pembelajaran bagi saya, serta semoga bermanfaat bagi para pembaca yang budiman
Saya mendorong diri saya untuk melihat lebih dalam esensi pengalaman tersebut, bukan hanya fakta dan wawasan.
1. Fact (Peristiwa)
Saya mempelajari coaching secara umum dan konsep coaching dalam konteks pendidikan telah membuka mata saya terhadap kekuatan kerja sama dalam proses pembelajaran. Saya menemukan melalui paradigma berpikir dan prinsip coaching bahwa coaching adalah filosofi kehidupan yang mengedepankan sistematis, solusi, dan hasil. Itu lebih dari sekadar metode.
Melalui pembelajaran Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, saya menjadi lebih memahami makna membantu orang belajar daripada mengajarkan.
Dalam proses pembelajaran yang menggunakan alur MERDEKA yaitu mulai dari diri, eksflorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman dan aksi nyata memberikan  pembelajaran yang sangat berharga yang membawa saya lebih dekat ke posisi pelatih. Ruang Kolaborasi, bersama dengan latihan dan praktik coaching, menjadi tempat berharga di mana saya merasakan dinamika yang membantu dan membantu dalam peran saya sebagai coach. Ini bukan hanya tugas; itu adalah pengalaman hidup yang membentuk saya untuk membantu mereka yang dibimbing menjadi lebih baik, belajar lebih banyak, dan berkembang secara pribadi.
2. Perasaan (Feeling)
Sebagai seorang guru, mendapatkan ilmu baru melalui Modul 2.3 ini sungguh luar biasa. Saya mendapatkan banyak manfaat dari pengetahuan saya tentang coaching, yang tidak hanya berdampak pada kehidupan saya sendiri, tetapi juga mengubah cara pandang saya terhadap supervisi akademik.
Sebelumnya, supervisi akademik seringkali dianggap sebagai penilaian yang tegang dan tidak nyaman yang dilakukan oleh manajer sekolah oleh guru. Namun demikian, paradigma supervisi akademik telah berubah menjadi paradigma coaching dengan prinsip-prinsip yang memberi inspirasi.
Semangat saya sangat didorong oleh pengetahuan baru yang saya pelajari dari modul ini. Forum diskusi di sesi elaborasi dan kolaborasi bukan hanya tempat untuk bertukar ide tetapi juga tempat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik tersebut.
3. Pembelajaran (Findings)
Kerangka kerja yang diberikan oleh paradigma berpikir coaching menekankan pengembangan coachee, keterbukaan, kesadaran diri yang kuat, dan kemampuan untuk melihat peluang masa depan. Untuk mencapai hasil yang optimal, coaching menggunakan prinsip-prinsip seperti kolaborasi, proses kreatif, dan maksimalisasi potensi. Kompetensi inti coaching seperti kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan kemampuan mengajukan pertanyaan berbobot.
Supervisi akademik menjadi landasan penting untuk memastikan bahwa proses pembelajaran di sekolah mengutamakan kesejahteraan dan perkembangan setiap siswa serta pengembangan kompetensi pendidik. Peran seorang pelatih dalam hubungan antar-guru sangat penting untuk membantu pelatihnya menemukan kekuatan pribadinya dalam pembelajaran. Metode komunikasi melalui proses coaching menjadi sebuah tempat untuk berbicara secara emansipatif yang dibangun dalam lingkungan pertemuan yang nyaman
Supervisi akademik adalah kumpulan tugas yang bertujuan untuk mempengaruhi guru dan kegiatan pembelajaran di kelas. Pengembangan keterampilan berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap orang adalah dua paradigma utama dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, supervisi akademik bukan hanya evaluasi; itu adalah proses pemberdayaan yang membantu guru memperbaiki kemampuan mereka dan memaksimalkan potensi pembelajaran di sekolah
Metode yang komprehensif untuk membimbing coachee menuju pertumbuhan dan pengembangan diri adalah percakapan berbasis coaching dengan Alur TIRTA, yang melibatkan kalibrasi, refleksi, pemecahan masalah, dan perencanaan. Umpan balik berbasis coaching menjadi alat yang sangat berguna untuk memberikan dukungan konstruktif, baik melalui data valid maupun pertanyaan reflektif.
4. Penerapan (Future)
Saya berharap dapat melaksanakan coaching di sekolah saya baik sebagai posisi coach ataupun coachee, dan saya pun berharap bisa menerapkan tehnik coaching ini bukan hanya di sekolah tapi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya keluarga dan lingkungan sekitar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI