Kita  juga acuh tak acuk ketika banyak anak muda yang tengah mencari jati diri lalu terjerat sebuah kelompok radikal yang menawarkan kebaikan semu di kampus-kampus. Kita juga memilih tidak bersuara kita ada sekelompok orang yang memiliki pehaman dan menjalankan kegiatan yang menyimpang. Mengapa kita memilih diam? "Karena mereka bukan kita".
Saat mereka melakukan tindakan kejam, lalu kita menolak dipersalahkan dan menuding pihak lain sebagai penyebab. Padahal ketika kita memilih mengambil tanggung jawab etis maka praktek-praktek dehumanisasi dan penciptaan mesin pembunuh mungkin tidak akan terjadi.
Secara etis, seorang manusia yang menghayati kehadiran Tuhan dari wajah setiap orang yang  menuntut tanggung jawab, kematian teroris dan korban yang tidak berdosa akan sama-sama menyayat hati. Bukankah kita patut dipersalahkan atas kematian mereka. Menangis karena kita tidak mengambil tindakan etis sebelum kejahatan terjadi. Dan menangis saat nyawa manusia dicabut secara tidak hormat.
Jadi apapun yang terjadi hari ini, seharusnya menorehkan sebuah pesan mendalam bagi kita, apakah setelah ini kita memilih mengambil tanggung jawab atau tidak. Menuduh pihak lain atau pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab akan sama egoisnya, karena pada akhirnya tidak menghasilkan tindakan etis apapun. Oleh sebab itu saya mengajak Anda untuk mengambil tanggung jawab atas kematian setiap orang hari ini.Â
Melalui wajah Anda diingatkan kembali perintah Tuhan bahwa seharusnya Anda bertanggung jawab atas jutaan manusia di muka bumi ini, yang bisa Anda awali dari wujud ilahi di sekitar Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H