Menurut Dixie Doerner—pemain Jerman Timur yang pernah menjadi pelatih di Werder Bremen dan Al Ahly—permainan akan baik jika permainan itu dimainkan tanpa beban. Begitu juga filosofi yang dipegang Berti Vogts—legenda Jerman berpengalaman sebagai pelatih timnas banyak negara, seperti Jerman, Kuwait, Skotlandia, Nigeria, dan Azerbaijan—Die freunde am fussball, sebuah kegembiraan dalam permainan bola. Hanya mereka yang dapat menikmati permainan bola, dialah yang dapat bermain dengan menarik, kreatif, dan indah.
Ciri itu juga yang dipertahankan oleh Franz Beckenbauer saat meramu tim Jerman 1990. Ia merombak timnas Jerman sisa-sisa turnamen 1986, mengubahnya dari arbeitsgruppe (kelompok kerja) menjadi spielgruppe (kelompok bermain). Ciri khas Jerman yang disiplin taktik dan main otot digantinya dengan permainan yang ofensif dan kebebasan menampilkan aksi individual. Akhirnya kesebelasan Jerman berhasil menjadi juara Piala Dunia 1990 setelah revans atas Argentina. Beckenbauer menunjukkan bahwa kegembiraan saat bermain bola itu penting.
"Apa artinya sebuah piala jika kita memperolehnya lewat permainan yang jelek dan membosankan? Sepak bola itu harus atraktif, karena sepak bola adalah bagian dari hiburan. Jika terus bermain dengan gembira, otomatis [sebuah tim] akan juara." Tegas Beckenbauer.
Maka, lewat pertandingan semalam, Perancis berusaha mematahkan mitos juara bertahan, dengan cara bermain dengan gembira. Krisis boleh melanda, tapi sejauh ini Perancis tampaknya bisa mengubah krisis itu menjadi semangat untuk tetap bangkit. Mungkin Didier Deschamps harus memutar otak lebih rajin karena bisa dianggap Perancis harus tampil dengan "tim B", namun selama ada kegembiraan bermain, selalu ada kemungkinan sebuah tim melaju pesat.Â
Jadi kita lihat saja, sampai sejauh mana Perancis bisa melaju dengan segala kegembiraannya. []