#2 Dawet
Kompasianer masih ingat isu penjual dawet di stadion Kanjuruhan? Nah, ini membuktikan bahwa dawet adalah minuman yang layak ada di stadion, dan bisa dikonsumsi oleh para penggemar sepakbola. Minuman yang terbuat dari tepung beras ataupun tepung beras ketan, dikasih topping es parut, gula merah cair, dan santan ini dijamin bisa menyegarkan tubuh di tengah udara Qatar yang panas, ditambah menambah energi dari asupan gula di dalamnya.
Atau kalau mau alternatif lain, bisa pilih sepupu jauhnya: Cendol. Perbedaan antara kedua minuman ini cuma bahan dasarnya saja. Dimana cendol terbuat dari sagu aren, tepung beras, dan tepung hunkwe. Teksturnya juga lebih kenyal dari dawet, lalu untuk penyajiannya cendol biasa dikasih topping sirup gula merah biasanya dan potongan nangka
Mau yang manapun boleh, tetap cocok untuk dijual di stadion dan masuk ke ajang Piala Dunia.
Â
#3 Bir Pletok
Oke deh, butuh banget minum bir tapi tidak mau melanggar larangan raja Qatar? Tenang, Indonesia punya produk bir yang aman, namanya bir petok! Nah, bir juga kan? Siapa bilang bukan?
Minuman khas Betawi ini sudah ada dari jaman kolonial. Dibuat dari godokan belasan rempah seperti jahe merah, sereh, kunyit, kayu secang, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, biji pala, kapulaga, kembang lawang, dan juga cengkeh.Â
Bahkan beberapa jenis bir pletok ada yang ditambah cabe arei atau cabe jawa. Sementara untuk pemanisnya ada yang pakai gula pasir, gula aren, atau madu hutan. Nah, ini bagus kan? Kita bisa menawarkan varian rasa yang banyak sekali ke fans-fans di sana. "Mau yang pakai cabe mister? Atau mau yang pakai madu? gula aren? gula biasa?" Pasti banyak yang tertarik.
Dengan jualan bir pletok di Qatar, kita bukan cuma mengenalkan minuman khas Indonesia, tapi juga bisa jualan khasiatnya. Karena siapa tahu bule-bule itu banyak yang tidak sehat badannya, kita bisa bilang bahwa bir pletok ini bisa mengobati asma, diabetes, darah tinggi, asam urat, maag, asam lambung, kolesterol, sampai lemah syahwat.
Usulan saja, akan lebih laku kalau kita jualan bir pletok yang dikembangkan seorang pengrajin di Sumedang. Sebab dia bisa memodifikasi bir pletok hingga memiliki busa seperti layaknya bir-bir lain.