Mohon tunggu...
Hendra
Hendra Mohon Tunggu... Penulis - Clear thinking equals clear writing

Lahir dan besar di Jakarta. Topik tulisan: mengatur keuangan pribadi, kehidupan di Australia dan filosofi hidup sederhana. Saat ini bermukim di Sydney.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meneropong Masa Depan Peranakan Diaspora Indonesia di Australia Lewat Kaca Mata Peranakan Tionghoa Indonesia

22 Agustus 2020   14:29 Diperbarui: 22 Agustus 2020   14:31 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa jauh kita bisa mengharapkan kontribusi generasi peranakan Diaspora Indonesia?
Ketika merenungkan pertayaan tersebut, saya membayangkan apa jadinya kalau organisasi Diaspora Tiongkok mendekati Peranakan Tionghoa kelahiran Indonesia seperti saya dengan harapan ikatan dengan negeri nenek moyang tetap terjaga dan berharap suatu hari dapat berkontribusi kepada Republik Rakyat Tiongkok?

Dalam politik, kasus Gladys Liu anggota parlemen generasi pertama kelahiran Hongkong dari partai Liberal Australia bisa kita jadikan rujukan. Sejarah keanggotan Liu dengan organisasi yang berafiliasi dengan partai komunis Tiongkok menimbulkan polikemik dugaan interfensi asing dalam politik Australia (7news.com.au). Dalam sebuah wawancara Liu juga terkesan 'membela' presiden Xi Jinping dan menolak mengkritik Tiongkok secara langsung (news.com.au).

Ya, kita ingin suara Diaspora Indonesia terwakili dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak pada hidup kita di Australia. Namun kita juga perlu memahami posisi dan batas etis perwakilan berlatar belakang Indonesia di Australia (maybe one day). Di Indonesia Kita tidak ingin Anies Baswedan menggunakan posisinya untuk berbakti kepada Arab. Kita juga tidak ingin Basuki Tjahaja Purnama (BTP) loyal kepada Tiongkok atau Ram Punjambi memproduksi sinetron berbau propaganda India. Kita bisa bertaruh rakyat Australia juga mengingkan hal yang sama.

Lebih realistik berfokus pada pelestarian budaya, nilai-nilai dan bahasa Indonesia lewat -pendidikan, Rumah Indonesia dan sejenisnya. Australia sebagai negara tujuan imigran menganut kebijakan multikulturalisme dimana negeri ini dibangun oleh pendatang dari seluruh penjuru dunia. Hal ini juga terefleksi lewat kebijakan yang memperbolehkan Dwi Kewarganegaraan dan multilingual services media seperti SBS. Masyrakat bebas mengekspresikan dan melestarikan latar belakang budaya negara asal selama tidak melanggar hukum.

Saya ingin anak-anak nyaman menjadi diri sendiri, bangga dengan latar belakang budaya keluarga dan tidak dibuat merasa asing di negeri kelahiran sendiri Australia. Kita sebagai orang tua hanya bisa mewariskan harta budaya Indonesia dengan memperkenalkan budaya Indonesia sebagai bagian dari jati diri individu, bukan pesaing budaya lokal. Dimanapun peranakan Diaspora Indonesia berada, semoga Indonesia tetap mendapat tempat di hati mereka.

"Neither, I think of myself as a human being."

-- Bruce Lee, when asked whether he is American or Chinese (edition.cnn.com)

Hendra Makgawinata

Sydney, 22/08/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun