Sebagian teman di Indonesia berkomentar betapa enaknya saya yang bergaji dollar di Sydney. Impian bergaji dollarpun sering digembar gemborkan oleh agen imigrasi dan sekolah nakal. Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya pribadi tinggal di Sydney yang saya harap dapat memberikan gambaran mengenai berapa penghasilan dan biaya hidup sesungguhnya di Sydney.
Pekerjaan pertama saya sebagai fresh graduate accountant pada tahun 2006 sekitar $30,000/tahun sebelum dipotong pajak dan 9% compulsory employer superannuation contribution tahun itu (semacam kontribusi wajib oleh perusahaan untuk dana pensiun pegawai). Saya membawa pulang penghasilan bersih sekitar $530/minggu. Uang sewa kamar kos sekitar $170/minggu. Biaya sekali makan nasi dan lauk pauk sekitar $7-10/porsi. Setelah ditambah ongkos hiburan misal ada teman ulang tahun, makan-makan, beli kado, nonton, transportasi dan lain-lain biaya hidup secara keseluruhan rata-rata sebesar $1000/bulan dan menabung sekitar $1,100an/bulan.
Gaji diatas termasuk dibawah rata-rata standar nasional yang waktu itu sekitar $40,000/tahun. Perlu dicatat juga saya membutuhkan waktu hampir setahun untuk mendapatkan pekerjaan akunting dengan posisi sangat junior meskipun saya lulusan universitas lokal.
Bila anda mengkonversi tabungan $1,100an/bulan ke Rupiah kelihatannya menggiurkan. Tapi itu hanyalah sebagian gambaran saja dan iming-iming ini yang sering kali dijadikan selling point oleh agen imigrasi dan edukasi nakal.
Â
Menjual Impian yang Menyesatkan
Saya termasuk beruntung mendapatkan Pemanent Residency visa lewat skilled migration scheme yang ketika itu masih longgar. Sekarang persyaratan imigrasi jauh lebih ketat baik dari segi skill nomination dan nilai minimum kemampuan berbahasa inggris. Kombinasi persyaratan imigrasi yang ketat dan tingginya keinginan memperoleh penghasilan dollars melahirkan lahan subur bagi agen imigrasi dan pendidikan.
Tidak sulit menemukan agen imigrasi merangkap agen edukasi yang menawarkan ‘sekolah-sekolahan’ berharga miring dengan tujuan hanya agar dapat visa masuk, bekerja, mengumpulkan dollars dan pulang kampung. Biasa si agen membuai calon dengan iming-iming bahwa dengan hanya dengan membayar sekitar $750 untuk biaya diploma per semester (3 bulan) atau $62.5/minggu sebagai ‘investasi’, dan bekerja serabutan cash in hand alias dibayar dibayar langsung tanpa kena pajak (*) maka calon student dapat menabung sebesar $X untuk dibawa pulang setelah menyelesaikan sekolah. Tidak seperti universitas, sekolah-sekolahan tersebut tidak membutuhkan syarat kemampuan bahasa inggris yang tinggi dan tidak semua mengharuskan calon murid menunjukan tabungan bahwa si murid sanggup mengsupport diri mereka selama belajar.
(*) pemegang student visa hanya boleh bekerja maximum 20 jam/minggu berdasarkan hukum, dengan bekerja digaji cash in hand memungkinkan student untuk bekerja diatas 20 jam tanpa ketahuan.
Pertanyaannya: seberapa mudah mendapatkan pekerjaan dengan kemampuan berbahasa inggris pas-pasan ditambah visa student yang membatasi waktu kerja? Istri saya kebetulan pernah terpaksa masuk sekolah jenis ini karena alasan perlu memperpanjang izin tinggal. Dia pernah kenal murid dari Indonesia yang nyaris tidak bisa berbahasa inggris dan datang cuma untuk kumpulin dollar dan pulang. Tapi ternyata realitas tidak seperti banyangan dia. Biaya tempat tinggal mahal, sementara sulit mendapatkan pekerjaan sampingan karena tingginya persaingan dan tidak ada koneksi.
Kalau mau tahu kira-kira seperti apa kondisi tempat tinggal mereka, inspek saja beberapa apartemen daerah Sydney CBD. Jangan kaget kalau anda menemukan apartemen 2 kamar ditinggali 10 orang untuk menghemat biaya hidup dan tidur nempel satu sama lain seperti ikan sardin kalengan. Karena mereka dibayar cash in hand tanpa kontrak, sering kali bayaran mereka sangat rendah antara $7-12/jam dan rentan diberhentikan begitu saja. Dengan bayaran seminim itu mereka harus menghemat habis-habisan, bekerja long hours agar bisa menabung dan membagi waktu untuk memenuhi kuota kehadiran di kelas agar tidak dilaporkan ke pihak imigrasi.
Â
Australian Dream
Saya termasuk beruntung tidak perlu mengalami perjuangan seperti mereka. Tapi yang bekerja full time di kantor pemegang visa Permanent Resident pun ada tantangan yang berbeda. American Dream menggambarkan idealisme kebebasan untuk memperoleh hidup yang lebih baik bila kita bekerja keras. Sementara Australian Dream menggambarkan cita-cita masyarakat Australia untuk memiliki rumah sendiri!
Saya tidak menggarang-ngarang istilah Australian Dream, silahkan google sendiri. Harga property di Sydney termasuk salah satu yang termahal di dunia.
Penghasilan $530/minggu yang saya sebut pada awal tulisan cukup untuk lifestyle ala student tapi sangat kurang bila anda ingin hidup berkeluarga. Biaya berkeluarga seperti rumah, asuransi kesehatan keluarga, pendidikan universitas anak (kalau tidak mau HECS) dan mobil harus pintar-pintar diatur tanpa perlu berhutang (kecuali rumah yang umumnya dicicil hingga 30 tahun). Â Â
Kembali ke komentar teman-teman yang mengganggap saya kaya karena bergaji dollars. Saya ‘kaya’ kalau lagi pulang kampung belanja. Tapi saya bukan Superman bisa terbang pulang sendiri. Ongkos tiket pesawat pulang pergi sekitar AU$900-1000. Ujung-ujung keuntungan nilai tukar uang $AU habis dimakan ongkos pesawat. Saya berpenghasilan dollar pengeluaran saya juga dollar. Membandingkan penghasilan dollar dengan rupiah tidak masuk akal karena bukan apple to apple comparison. Menurut saya yang enak itu ekspat, gaji dollar biaya hidup rupiah!
Bila anda memang memutuskan untuk berimigrasi, lakukan research secara independent & mendetail. Semoga tidak ada korban yang termakan janji gombal agen nakal.
Â
Hendra Makgawinata
Sydney
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H