Pagi itu kuintip keluar, hujan masih bergerimis diluar sana. Suara burung menyambutnya dengan bernyanyi. Telah menyadarkanku yang semalam suntuk dengan alam-alam sunyi yang tidak hentinya terus menerus. Terus juga kutatap dan menyalin rintiknya untuk kubasuh jiwaku yang gusar.Â
Hingga perlahan rintiknya mereda dan cerah kembali memenuhi bumi. Kemudian senja menyingsing hingga kaki langit kemerahan, alam mulai gelap lalu malam kembali memperkenalkan segala keresahan-keresahannya lagi disaat aku mulai kuat dan bertahan dengan segalanya.
Hujan telah mengobati segala kerinduan, tapi keresahan tetap tak bisa kuhindari. Alam seolah berkata; ketika ada satu hal yang mulai berjalan dengan semestinya, akan ada rintangan lain yang penghambat. Mungkin begitulah untuk jadi seseorang yang kuat!
Persiapan itu perlu. Belajarlah seperti saat turunnya hujan; perlunya sebuah payung (mental), membaca cuaca (memahami isi hati, sehingga bertindak sebelum hal buruk datang menimpa).
Daya. Selasa 31 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H