Mohon tunggu...
Hendra Josuf
Hendra Josuf Mohon Tunggu... Lainnya - berdiam di new york city, usa

sekolah tinggi bahasa asing di tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menunggu Musim Gugur

12 November 2024   05:46 Diperbarui: 12 November 2024   09:15 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah taman, cuaca petang itu terasa hangat di pertengahan musim Gugur. Angin  sekali2 berhembus kencang membuat daun2 merah kehitaman , dan orange melayang diatas kepala Jeffry.Dia berdiri di sebelah bangku kosong berhadapan dengan jalan kecil di pinggir taman, dan berharap, dr.Chen akan datang lalu  memarkir mobil sedannya dekat situ.Dia menegadah keatas, awan  nampak hitam, dan angin sedikit bertambah kencang.Dia menarik nafas panjang.

"Bagaimana kalau dia tidak datang," pikirnya.Dia menatap langit  hitam itu lagi.

Matanya  mulai ber-kaca2, kenangan itu mulai mengusik.Tadi malam mimpi itu datang lagi, sekejap, setidaknya itulah yang dia ingat.

Dari sini, ingatannya pindah ke adegan lain, disaat  keduanya selesai bercumbu, melepas rindu.

"Telepon saya, kita akan kesini tahun depan," Ujarnya, dr.Chen mengangguk sambil tersenyum

"Ide yang bagus," balasnya

"Okay,"

keduanya terdiam sebentar

"Setahun kelamaan," Jeffry nampak ragu

"Semingu juga kelamaan," balas dr.Chen

Mata Jeffry tajam menatapnya, perlahan airmukanya menjadi lebih lembut

"Akan saya telepon secepatnya,"

"Okay;" dr.Chen amat menyukai dia.Mungkin juga mencintainya, meski umur mereka terpaut jauh.

Rintik akhirnya jatuh juga di taman .Sepertinya Tuhan sendiri menangisi kenangan manis itu.Tapi Jeffry belum juga beranjak, masih asyik dengan bayangan itu.Dia telah berungkali menelpon dan menunggu.Dua musim pun telah berlalu, namun tidak pernah mendapa balasan.Dan kali ini  musim Gugur pun telah marak kembali.

Dia mencoba menghubungi lagi, namun seperti biasa tidak ada jawaban.Kesunyian di tengah curahan hujan deras, tidak membuatnya pindah dari situ.Semua adegan terasa seperti mimpi buruk, namun bukan permulaan, tapi akhir dari sebuah penantian.Air mata terasa memburamkan pandangannya.

Akhirnya dengan berat hati dia putuskan meninggalkan taman, dan  beranjak menuju pintu keluar.Namun pandangan nya menangkap seseorang berjubah putih, berlari cepat kearahnya.Sebuah statescope berwarna biru melilit leher perempuan itu.Jefffry segera sadar, itulah mahluk yang telah dia nanti2kan.

Segera  dia berlari menyongsong.Kedua lengannya terbuka lebar dari jauh.Dan ketika keduanya ber-hadap2an, seketika itu  berangkulan.Tidak ada kata2 pendahuluan, tidak ada basa-basi.Tubuh sang dokter, Jeffry angkat lalu dipeluk  dan di ayung ber-putar2.

"Sorry, I was assigned to another state.Very hectic,"

"No problem Honey, I'm still here, still love you,"

Keduanya berdiri kaku di bawah siraman hujan.Bintang2 redup bersembunyi di balik awan, sementara Jeffry memalingkan wajah  girl friendnya lalu melumat kedua bibirnya dengan lembut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun