"Semingu juga kelamaan," balas dr.Chen
Mata Jeffry tajam menatapnya, perlahan airmukanya menjadi lebih lembut
"Akan saya telepon secepatnya,"
"Okay;" dr.Chen amat menyukai dia.Mungkin juga mencintainya, meski umur mereka terpaut jauh.
Rintik akhirnya jatuh juga di taman .Sepertinya Tuhan sendiri menangisi kenangan manis itu.Tapi Jeffry belum juga beranjak, masih asyik dengan bayangan itu.Dia telah berungkali menelpon dan menunggu.Dua musim pun telah berlalu, namun tidak pernah mendapa balasan.Dan kali ini  musim Gugur pun telah marak kembali.
Dia mencoba menghubungi lagi, namun seperti biasa tidak ada jawaban.Kesunyian di tengah curahan hujan deras, tidak membuatnya pindah dari situ.Semua adegan terasa seperti mimpi buruk, namun bukan permulaan, tapi akhir dari sebuah penantian.Air mata terasa memburamkan pandangannya.
Akhirnya dengan berat hati dia putuskan meninggalkan taman, dan  beranjak menuju pintu keluar.Namun pandangan nya menangkap seseorang berjubah putih, berlari cepat kearahnya.Sebuah statescope berwarna biru melilit leher perempuan itu.Jefffry segera sadar, itulah mahluk yang telah dia nanti2kan.
Segera  dia berlari menyongsong.Kedua lengannya terbuka lebar dari jauh.Dan ketika keduanya ber-hadap2an, seketika itu  berangkulan.Tidak ada kata2 pendahuluan, tidak ada basa-basi.Tubuh sang dokter, Jeffry angkat lalu dipeluk  dan di ayung ber-putar2.
"Sorry, I was assigned to another state.Very hectic,"
"No problem Honey, I'm still here, still love you,"
Keduanya berdiri kaku di bawah siraman hujan.Bintang2 redup bersembunyi di balik awan, sementara Jeffry memalingkan wajah  girl friendnya lalu melumat kedua bibirnya dengan lembut.