Mohon tunggu...
Hendra Josuf
Hendra Josuf Mohon Tunggu... Lainnya - berdiam di new york city, usa

sekolah tinggi bahasa asing di tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan

17 Januari 2024   02:07 Diperbarui: 17 Januari 2024   02:21 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petang itu suasana di tepi danau teramat hening setelah rombongan anak2 kami telah memacu perahu kecil mereka kearah tengah danau.Dari tempat kami berdua berdiri, penampakan perahu hanya berupa sebuah noktah bergambar bendera Amerika disisinya dan lambat laun semakin kecil lalu kemudian hilang di bungkus kabut puti tipis.

Disisi kiriku, ponakan perempuan kami, Jennifer, masih berdiri memandangi perahu yang membawa ke empat anaknya berkeliling danau kecil di daerah pedalaman kota Philadelphia.Suasana tenang dan hening diselingi hembusan lembut angin kering musim Summer, membuat ku sedikit kaku  berduaan dengan perempuan paruh baya ini.Dulu, sewaktu kecil, kami telah menanggapnya  sebagai putri sendiri sangking seringnya bermain berduaan dengan putri kami.Kini, setelah berkeluarga dan telah lama berdian di Idaho, membuat kami jarang ngomong.Akhirnya kocoba memecah ke sunyian dengan berbasa-basi:

"Gimana kabar kalian, Jen?"

"Baik, sehat Om.Peter masih kerja di tempat dulu.Anak2 juga sekolahnya tidak mengecewakan," jawabnya

"Om sendiri dan tante gimana?"

"Puji Tuhan, sehat.Fredericksburg memberi kami ketenangan, kedamaian dan sedikit kebosanan.Maklum sebagai New Yorker, Om  sudah terbiasa dengan kesibukan,"

"Yeah, Virginia, cocok buat lansia, pensioner seperti Om.Coba cari kesibukan lain, atau lanjutkan hobbynya  dulu," 

"Betul, sudah ikut Work Out di sebuah Gym dekat rumah, seminggu tiga kali.Selain itu, Om isi dengan membaca dan menulis.Habis mau ngapain lagi?Oh yah, Om juga ikut  pendalaman agama katolik di website bernama Institute of Catholic Culture,"

"Good for you.It keeps you active,'

"Indeed,"

Kami kemudian terdiam.Perlahan Jennifer melangkah ketepi danau membenamkan kedua kakinya di tepian air jernih kecoklatan.Pandanganku kualihkan ke iring-iringan itik dimana sang induk di depan di ikuti kelima anaknya yang masih mungil berquwek-quek bareng.Diatas kepala mereka seekor elang hitam  terbang ber-putar2.Adakalnya menungkik tajam kebawah, membuat kawanan itik2 berpencar.Jennifer kemudian berjalan agak ketengah mebuatku juga melangkahkan kaki mengikutinya.Tiba disisinya, kucoba lagi cari bahan obrolan.

"Kamu masih di tempat dulu 'kan?"

Dia tidak segera menjawab, tapi akhirnya dia balas.

"Tidak lagi Om.Aku Quited  beberapa bulan lalu.Mau istirahat sebentar,"

"Loh, kog gitu?Istirahat kan bisa ambil cuti?"

Dia terdiam lagi.Ini membuat aku tidak enak.Lalu kataku:

"Ma'af Om kalau salah.Itu hak kamu buat memutuskan,"

Kali ini Jennifer mendongak menatapku tajam,lalu berkata lirih.

"Om, aku lagi sakit.Sepertinya arthritis tapi bukan.Mungkin syaraf di sekitar leher.Sakitnya bukan main kalau kambuh,"

Aku terkesiap kaget tapi coba tenang, kemudian mencari jalan menghiburnya.

"Sorry, Aku belum dengar berita ini, tapi Mama dan Papa udah tahu kah?"

Jennifer menggangguk tapi memandang  ketempat lain.Mungkin dia malu aku lihat dia nangis.

"Jen, jangan terlalu kuatir.Ingat semua ada jalan.Apapun kata dokter, apapun diagnosanya.Serahkan aja semuanya pada Tuhan.Kalau belum waktunya, Tuhan tidak akan memanggil kita.Namun kita juga harus ingat akan kembali kepadaNya.Tidak ada pengecualian.Mau sembunyi dimana?Siap tidak siap harus siap.Ini perkara wakktu saja,"

Kataku sedikit berkuliah.

"Aku kasihan aja ama anak2 Om,"
"Siapa yang tidak takut.Tidak kuatir?Om juga gitu, tapi sepertinya kita sedang berbaris.Kalau tiba giliran, harus berangkat,"

Tak terasa kami tambah jauh ketengah.Petang telah berubah jadi  kelabu.Kaki langit di bukit telah berwarna unggu.Burung2pun sudah tidak terdengar bercicit.Burung elang yang tadi  berputar-putar diatas, telah meninggalkan langit  kabur dan gelap.

"Terima kasih Om.Akan kucoba mengingat itu,"

"Kembali Jen.Dengan dua gelar master di pundakmu, kamu akan pasti mendapat kerja lagi bila sembuh."

Kulihat wajahnya mulai bercahaya kembali.Sedikit keras kutepuk pundaknya sambil berseru:

"Ayo kembali, lihat tuh Park Ranger udah dua kali putar2," 

Jariku menunjuk seorang polisi berkemeja coklat dan celana hijau sedang berdiri diatas sepedanya dan menatap kami dengan tajam.

"You guys okay?The park will close in an hour,"

"Absolutely yes, officer.They'll come soon,"

Kujawab dia seraya menjunjuk perahu anak2 yang sudah semakin merapat ke bibir danau.

Polisi Park Ranger tersenyum, sembari melanjutkan ucapannya.

"Fine then , I'll see you around,"

Kami berduapun membalasnya tersenyum.Namun sebelum mengayuh sepedanya, dia masih sempat memperhatikan kedua celana kami yang basah kuyup.

Mungkin dia pikir"Nekat banget kedua orang ini cebur ke danau.Mungkin mereka  mau suiside karena tidak di restui orang tua si cewek.Yang laki sih udah ketuaan,"

Pasti deh, aku bisa lihat dari pancaran matanya.

Amit-amit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun