Jennifer menggangguk tapi memandang  ketempat lain.Mungkin dia malu aku lihat dia nangis.
"Jen, jangan terlalu kuatir.Ingat semua ada jalan.Apapun kata dokter, apapun diagnosanya.Serahkan aja semuanya pada Tuhan.Kalau belum waktunya, Tuhan tidak akan memanggil kita.Namun kita juga harus ingat akan kembali kepadaNya.Tidak ada pengecualian.Mau sembunyi dimana?Siap tidak siap harus siap.Ini perkara wakktu saja,"
Kataku sedikit berkuliah.
"Aku kasihan aja ama anak2 Om,"
"Siapa yang tidak takut.Tidak kuatir?Om juga gitu, tapi sepertinya kita sedang berbaris.Kalau tiba giliran, harus berangkat,"
Tak terasa kami tambah jauh ketengah.Petang telah berubah jadi  kelabu.Kaki langit di bukit telah berwarna unggu.Burung2pun sudah tidak terdengar bercicit.Burung elang yang tadi  berputar-putar diatas, telah meninggalkan langit  kabur dan gelap.
"Terima kasih Om.Akan kucoba mengingat itu,"
"Kembali Jen.Dengan dua gelar master di pundakmu, kamu akan pasti mendapat kerja lagi bila sembuh."
Kulihat wajahnya mulai bercahaya kembali.Sedikit keras kutepuk pundaknya sambil berseru:
"Ayo kembali, lihat tuh Park Ranger udah dua kali putar2,"Â
Jariku menunjuk seorang polisi berkemeja coklat dan celana hijau sedang berdiri diatas sepedanya dan menatap kami dengan tajam.
"You guys okay?The park will close in an hour,"