Mohon tunggu...
Hendra Jawanai
Hendra Jawanai Mohon Tunggu... Penulis - Creative Director/Producer/Writer

Energi adalah rahasia gerak serta kehidupan di dalam setiap partikel kecil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyikapi Beban Keuangan dalam Pendidikan dengan Bijak

9 Juli 2023   09:10 Diperbarui: 19 Juli 2023   12:35 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biaya pendidikan anak adalah investasi berharga demi masa depannya, sehingga orang tua harus memberikan yang terbaik meski terkadang dengan segala keterbatasan.

Selesai bayar SPP, eh masih ada tanggungan uang les, karyawisata, perpisahan, wisuda, dan buku tahunan. Belum lagi bayar uang pangkal masuk SMP atau SMA. Banyak betul ya pengeluaran di akhir semester!

Sebagai orangtua, bagaimana menyikapi tambahan biaya-biaya di atas? Bagaimana sebenarnya cara komite dan pihak sekolah menentukan prioritas terhadap aktivitas berbayar di sekolah?

Saya sendiri tidak setuju dengan agenda wisuda, karyawisata yang berlebihan, perpisahan yang hanya menghamburkan uang tanpa makna, dan kegiatan lain yang seolah tanpa tujuan jelas.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak kita. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak embel-embel biaya yang ditambahkan dalam sistem pendidikan, yang membuat orangtua merasa terbebani.

Biaya seperti uang les, karyawisata, perpisahan, wisuda, dan buku tahunan menjadi tambahan pengeluaran di akhir semester yang sering kali membuat orangtua merasa kesulitan.

Keberatan ini bahkan sampai menggerakkan seorang warganet untuk mengeluh kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), bahkan menyarankan agar wisuda dari tingkat TK hingga SMA ditiadakan saja.

Wajar jika orangtua merasa keberatan dengan jumlah pengeluaran yang semakin meningkat. Namun, penting bagi kita untuk memahami sisi lain dari masalah ini.

Ilustrasi pendidikan anak Indonesia. (Foto oleh Nasirun Khan dari Pexels)
Ilustrasi pendidikan anak Indonesia. (Foto oleh Nasirun Khan dari Pexels)

Urusan keuangan memang seringkali menjadi polemik, terutama dalam bidang pendidikan. Baru-baru ini, kasus penipuan terkait studi tur sekolah telah mengguncang publik.

Uang iuran yang mencapai lebih dari 400 juta berhasil digondol oleh pihak travel yang tidak bertanggung jawab. Kasus ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi orangtua dan sekolah agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

Terkait hal ini, perlu adanya sikap bijak dari orangtua dan sekolah dalam menentukan biaya-biaya tambahan di luar biaya pokok sekolah.

Khususnya, karena tidak semua siswa memiliki kemampuan finansial yang memadai untuk mengikuti rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.

Sebagai orangtua, kita perlu menghadapi kenyataan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis semata, tetapi juga pengembangan karakter dan kegiatan lain yang mendukung pertumbuhan anak.

Namun, bukan berarti semua kegiatan tersebut harus menjadi beban keuangan yang berlebihan.

Penting bagi komite dan pihak sekolah untuk menentukan prioritas dengan bijak. Mereka harus mempertimbangkan kebutuhan siswa dan memilih kegiatan yang memberikan nilai tambah yang nyata bagi perkembangan anak.

Misalnya, mengutamakan kegiatan yang berfokus pada peningkatan keterampilan sosial, kreativitas, atau kegiatan yang mengembangkan minat dan bakat tertentu.

Wisuda merupakan salah satu contoh kegiatan yang menjadi perdebatan. Saya pribadi selama ini selalu menentang agenda wisuda yang berlebihan, yang hanya menghabiskan uang tanpa makna yang mendalam.

Wisuda seharusnya menjadi momen yang berkesan, di mana prestasi dan perjuangan anak-anak kita diakui dan diapresiasi secara tulus. Namun, tidak perlu menjadikannya sebagai sebuah pesta yang membebani orangtua dengan biaya yang tidak wajar.

Perpisahan dan karyawisata juga harus dievaluasi dengan cermat. Jika tidak ada manfaat nyata atau tujuan pendidikan yang jelas di balik kegiatan ini, maka pertimbangan keuangan harus menjadi faktor yang dipertimbangkan.

Sebagai gantinya, sekolah dapat mengorganisir kegiatan alternatif yang lebih terjangkau tetapi tetap memberikan pengalaman berharga bagi siswa.

Sekolah juga harus lebih transparan dalam menginformasikan biaya-biaya tambahan kepada orangtua. Mereka harus memberikan penjelasan rinci tentang tujuan, manfaat, dan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.

Hal ini akan membantu orangtua dalam merencanakan keuangan mereka dengan lebih baik dan menghindari terjadinya kejutan yang tidak diinginkan.

Penting juga untuk melibatkan orangtua dalam proses pengambilan keputusan terkait biaya tambahan. Melalui dialog dan diskusi, komite sekolah dapat mendapatkan masukan dari orangtua mengenai prioritas dan kemampuan finansial yang dimiliki.

Dengan demikian, keputusan yang diambil akan lebih adil dan mencerminkan kepentingan serta kebutuhan seluruh komunitas sekolah.

Pendidikan adalah investasi jangka panjang bagi masa depan anak-anak kita. Namun, biaya tambahan yang berlebihan dapat menjadi beban yang tidak seimbang bagi orangtua.

Oleh karena itu, perlu adanya kebijaksanaan dalam menentukan prioritas dan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat pendidikan dan beban finansial.

Mari kita berupaya bersama untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan terjangkau, di mana setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa harus terbebani oleh biaya yang tidak wajar. (*)


~ H.J.H.J.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun