Terkait hal ini, perlu adanya sikap bijak dari orangtua dan sekolah dalam menentukan biaya-biaya tambahan di luar biaya pokok sekolah.
Khususnya, karena tidak semua siswa memiliki kemampuan finansial yang memadai untuk mengikuti rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.
Sebagai orangtua, kita perlu menghadapi kenyataan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis semata, tetapi juga pengembangan karakter dan kegiatan lain yang mendukung pertumbuhan anak.
Namun, bukan berarti semua kegiatan tersebut harus menjadi beban keuangan yang berlebihan.
Penting bagi komite dan pihak sekolah untuk menentukan prioritas dengan bijak. Mereka harus mempertimbangkan kebutuhan siswa dan memilih kegiatan yang memberikan nilai tambah yang nyata bagi perkembangan anak.
Misalnya, mengutamakan kegiatan yang berfokus pada peningkatan keterampilan sosial, kreativitas, atau kegiatan yang mengembangkan minat dan bakat tertentu.
Wisuda merupakan salah satu contoh kegiatan yang menjadi perdebatan. Saya pribadi selama ini selalu menentang agenda wisuda yang berlebihan, yang hanya menghabiskan uang tanpa makna yang mendalam.
Wisuda seharusnya menjadi momen yang berkesan, di mana prestasi dan perjuangan anak-anak kita diakui dan diapresiasi secara tulus. Namun, tidak perlu menjadikannya sebagai sebuah pesta yang membebani orangtua dengan biaya yang tidak wajar.
Perpisahan dan karyawisata juga harus dievaluasi dengan cermat. Jika tidak ada manfaat nyata atau tujuan pendidikan yang jelas di balik kegiatan ini, maka pertimbangan keuangan harus menjadi faktor yang dipertimbangkan.
Sebagai gantinya, sekolah dapat mengorganisir kegiatan alternatif yang lebih terjangkau tetapi tetap memberikan pengalaman berharga bagi siswa.
Sekolah juga harus lebih transparan dalam menginformasikan biaya-biaya tambahan kepada orangtua. Mereka harus memberikan penjelasan rinci tentang tujuan, manfaat, dan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.