Hal ini bisa membuat kondisi mereka semakin memburuk, karena tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan mendukung. Selain itu, rasa malu dan stigma juga bisa membuat orang merasa terisolasi dan kesepian, karena merasa tidak bisa berbicara dengan orang lain tentang apa yang mereka alami.
Akibatnya, kondisi mental mereka bisa semakin memburuk, dan dalam kasus yang lebih serius, bahkan bisa berujung pada tindakan bunuh diri. Beberapa kasus pembiaran tentang stigma ini seringkali berujung pada tindakan balas dendam atau kekerasan.
“Untuk yang sedang menyerah dengan hidup, meski dapat disudahi, hidup ini juga berhak dijalani.”
(Ruth Priscilia Angelina, Tokyo & Perayaan Kesedihan)
Perlu dilakukan upaya edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya memahami dan menghormati individu yang mengalami masalah kesehatan mental.
Masyarakat perlu memahami bahwa soal kesehatan mental bukanlah hal yang memalukan atau menjadi bukti kelemahan seseorang, tetapi merupakan suatu kondisi kesehatan yang bisa dialami oleh siapa saja tanpa terkecuali.
Selain itu, perlu adanya dukungan sosial yang memadai bagi individu yang mengalami masalah kesehatan mental, seperti dukungan keluarga, teman, maupun layanan yang profesional.
Dengan begitu, diharapkan individu yang mengalami masalah ini bisa merasa didukung dan dihargai sebagai bagian dari masyarakat yang sama-sama memerlukan perhatian dan dukungan.
Salah satu solusi konkret adalah dengan memulainya dari dalam keluarga, yaitu memulai dengan lebih terbuka dan melakukan edukasi diri tentang kesehatan mental.
Mereka bisa mulai dengan mencari informasi tentang soal kesehatan mental, mencari sumber dukungan dan membicarakan hal-hal yang sulit diungkapkan. Dalam keluarga, bisa diciptakan lingkungan yang aman dan terbuka untuk berbicara tentang soal ini.
Dalam hal ini, keluarga bisa menjadi sumber dukungan pertama dan terpenting untuk individu yang mengalami masalah kesehatan mental, sehingga individu ini merasa didengar dan didukung oleh orang-orang yang dicintai.
Salam sehat. (*)