Neurotransmitter ini berfungsi dalam mengatur suasana hati dan kebahagiaan seseorang. Jika kadar serotonin atau dopamin menurun, maka seseorang bisa merasa sedih, lelah, dan kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya menyenangkan.
Kondisi ini bisa berkontribusi pada terjadinya depresi. Berbagai faktor, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup, bisa mempengaruhi kadar neurotransmitter di dalam otak.
Faktor lain yang bisa mempengaruhi risiko seseorang mengalami depresi adalah sejarah kesehatan mental keluarga. Depresi juga bisa dipicu oleh peristiwa hidup yang sulit, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, atau masalah dalam hubungan.
Penting pula untuk dipahami bahwa depresi adalah suatu kondisi medis yang bisa diatasi dengan usaha penyembuhan yang tepat dan dukungan yang memadai.
"Ada yang fokus cari tabungan masa depan, tapi mengabaikan kebahagiaan dan kepentingan pribadi lainnya, sehingga malah depresi."
(Dian Nafi, How to Reset Your Life)
Depresi bisa mengakibatkan kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Orang yang mengalami depresi mungkin merasa kurang antusias pada aktivitas yang sebelumnya dianggap menyenangkan, seperti hobi atau menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.
Mereka juga bisa merasa kelelahan dan tidak bersemangat untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya mereka jalani dengan mudah, seperti bekerja atau merawat kesehatan.
Hal ini bisa mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup seseorang, serta memperburuk kondisi depresi.
Baca juga:
Terapi Air Sehat: Mengatasi Kecemasan
Untuk mengatasi depresi, ada salah satu solusi yaitu melalui terapi bicara atau konseling psikologis.