Mengemis?
Okta sedang duduk di depan meja rias yang berisi berbagai macam kosmetik dan peralatan mekap. Dia sedang menatap cermin dengan tatapan kosong dan wajahnya terlihat murung. Setelah beberapa saat, dia menghela nafas panjang dan mulai berdandan.
Dia mengambil bedak tabur dan memulai dengan menaburkan bedak ke seluruh wajahnya. Setelah itu, dia mengambil pensil alis dan mulai menghias alisnya.
Dia mengambil lipstik dan mulai mengoleskannya di bibirnya, tetapi kemudian dia menghapusnya lagi dengan tisu dan memilih lipstik yang lain.
Sambil berdandan, Okta sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Ia mulai berbicara sendiri di dalam hati.
"Belakangan ini lagi marak nih aksi mengemis online. Nggak beres, ya... Kan seharusnya sekarang udah jaman teknologi canggih, orang-orang harusnya bisa cari duit pake cara yang lebih kreatif dan nggak merugikan orang lain."
Okta memandangi wajahnya yang telah dihiasi mekap. Dia menghela nafas panjang, mengambil smartphone yang ada di sampingnya, dan membuka aplikasi TikTok. Namun dia segera menutup aplikasi itu dengan kesal dan meletakkan ponsel kembali ke tempat semula.
Dia kembali becermin, kali ini dengan tatapan kosong, bingung sendiri dengan sesuatu yang tiba-tiba berkecamuk. Dalam hati Okta berujar gusar.
"Apaan sih ini? Sekarang tuh kan banyak banget platform online yang bisa dimanfaatin buat cari duit. Ada yang jualan online, bikin blog, ngonten, jadi influencer. Kreatifitas kan banyak pilihan...?"
Okta meninggalkan cermin dan berjalan menuju meja kerjanya. Dia membuka laptop dan spontan mulai mengetik dengan cepat, menulis beberapa kalimat seolah tak ingin kehilangan inspirasi.
Sesekali, dia melirik ke layar laptopnya yang penuh dengan ide-ide, lalu kembali melirik ke arah kibor dan mengetik lagi. Wajahnya berubah cerah, menemukan sesuatu dalam rangkaian kalimatnya.
Okta kembali berbicara sendiri dalam hati. Wajah yang cerah berubah lagi dihiasi bibir yang cemberut.
"Tapi tetep adaaa aja yang lebih milih untuk ngemis online. Ya, iya sih, ada yang emang beneran butuh bantuan. Tapi kok nggak enak gitu diliatnya. Gimana kita bisa bedain coba: mana yang beneran butuh, sama yang cuma aksi doang?"
Tetiba Okta merasa lapar dan memutuskan untuk membuat mie instan. Namun, karena tak ingin kehilangan ide, dia membawa laptopnya ke dapur.