Esoknya, perilaku serupa biasanya kembali terjadi. Dengan disertai berbagai bumbu-bumbu baru yang disajikan sebagai materi dialog lintas semesta. Walau tetap dengan kegelisahan yang sama pada akhirnya. Solidaritas sosial yang terbangun bukan lagi menyoal nasib masa depannya, karena termanifestasikan hanya dalam kebahagiaan sesaat.
Tantangan zaman memang kembali kepada para petualangannya. Semakin ia mampu berjuang, maka semakin kuat mentalitasnya ketika menghadapi beragam persoalan kehidupan. Sama halnya seperti warkop, yang sanggup bertarung dengan pandemi, dan dapat bangkit dengan varian barunya.
Filosofi terbalik inilah yang seharusnya dapat dijadikan kisah inspiratif bagi Gen Z. Bukan justru dari kisah-kisah para konsumennya, melainkan dari fakta betapa warkop telah bangkit dan dapat merajalela kini. Maka wajar, jika banyak pakar kini meragukan mode survival Gen Z dalam hadapi masa depannya.
Termasuk budaya warkop sebagai arena pemantik kesadaran imajinatif yang membangun bagi para penikmatnya. Seperti mode lama, walau dengan menu baru yang berbeda. Khususnya bagi Gen Z, yang seharusnya mampu berpikir kritis dalam menilai realitas zaman.
Dimana realitas ini bersumber dari pengamatan subjektif dari penulis. Semoga bermanfaat, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H