Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

All Eyes on Papua? Mengapa Baru Sekarang?

4 Juni 2024   00:00 Diperbarui: 4 Juni 2024   00:50 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi All Eyes on Papua (sumber: x via kompas.com)

Sepanjang 5 tahun belakangan ini, konflik agraria tercatat terus meningkat. Baik dengan PTPN ataupun swasta, yang telah merugikan sebanyak 37.553 KK dengan luas 124.545 Ha per tahun 2023 (Data KPA). Inilah fakta yang tidak dapat kita pungkiri realitanya.

Kesadaran perihal krisis iklim yang makin parah, kiranya dapat memberi abstraksi bagi kita bagaimana persoalan lahan/hutan dapat kita jaga sama-sama. Bukan sekedar memberi tanggung jawab kepada para penjaga tanah adat (suku).

Perjuangan Suku Awyu dan Moi yang telah berani bersuara lantang, tentu harus didukung seiring kesadaran kita bersama. Bukan sekedar bersikap latah, lantaran trend, tanpa mengetahui realitas yang terjadi dibalik kerusakan alam.

Kasus serupa (penyerobotan) lahan adat atas kepentingan industri inilah yang dapat kita cermati. Bagaimana regulasi yang tampak, akan mementingkan kepentingan rakyat (masyarakat adat) ataukah pemodal? Serta bagaimana hukum melihat konflik yang serupa.

Walau sebenarnya beberapa tahun silam (2015), Mas Dhandy Laksono telah membeberkan fakta bagaimana orang-orang Mahuze dari Suku Marind di Merauke telah berkeras menentang perluasan lahan yang berpotensi merusak alam Papua.

Tentu kita juga tidak menutup mata, perihal tanah Borneo terhadap berbagai kerusakan alam yang terjadi disana. Khususnya dalam menghadapi eksploitasi alam. Termasuk di Sumatera dan Sulawesi, serta daerah lainnya. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun