Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Intifada, Rekam Sejarah Perjuangan Rakyat Palestina

24 November 2023   06:49 Diperbarui: 29 November 2023   19:15 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peristiwa Intifada Al-Aqsa (sumber: AP PHOTO/MAHMOUD ILLEAN via Kompas.com)

Kiranya belum lengkap, jika membahas sejarah bangsa Palestina tanpa kisah Intifada. Kisah yang berawal dari Tragedi Nakba di tahun 1948 dan Perang Enam Hari tahun 1967. Selama beberapa dasawarsa Israel secara bertahap menguasai tanah Palestina.

Okupasi militeristik dan pengusiran paksa penduduk Palestina pada akhirnya memuncak dalam bentuk perlawanan massal. Yup, suatu bentuk perlawanan rakyat yang terorganisir melawan penjajahan, seperti masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia dulu.

Awalnya, terjadi aksi demonstrasi dari rakyat Palestina terhadap tentara Israel yang telah melakukan kekerasan. Namun seiring waktu, demonstrasi berkembang menjadi aksi perlawanan dengan dampak yang brutal dari aparat keamanan Israel.

Dari berbagai catatan peristiwa, terjadi beberapa kali peristiwa Intifada. Pertama pada tanggal 9 Desember 1987 dan Kedua pada tanggal 30 September 2000. Sedangkan yang tengah terjadi saat ini disebut-sebut sebagai Intifada Ketiga.

Intifada Pertama

Perlawanan Intifada pertama kali meletus pada tanggal 9 Desember 1987. Usai meninggalnya empat warga Gaza karena terjadi insiden dengan tentara Israel. Termasuk beberapa orang lain, yang terluka akibat peristiwa tersebut.

Taleb Abu Zaid adalah salah satu korban meninggal. Prosesi pemakamannya diiringi ribuan pelayat yang datang dari berbagai wilayah di Palestina. Hal ini kemudian memantik reaksi amarah yang kelak menimbulkan peristiwa sejarah perlawanan rakyat Palestina.

Ratusan demonstran ditangkapi, tanpa aturan hukum yang jelas. Puluhan lainnya meninggal karena aksi kekerasan antara rakyat Palestina menghadapi polisi Israel. Reaksi yang terbalas melalui serangan bersenjata dan bom molotov dari rakyat Palestina.

Sebuah peristiwa yang ingatkan kita pada pertempuran Surabaya 1945. Dimana ribuan rakyat serempak melawan kedatangan Sekutu (Inggris) yang dibocengi Belanda. Sama halnya ketika Inggris memberi dukungan kepada Israel untuk menjajah Palestina.

Gelombang perlawanan meluas di Tepi Barat dan Gaza. Walau dengan kekuatan senjata yang tidak sebanding antara rakyat Palestina melawan polisi Israel bersenjata lengkap, ungkap Robert J. Brym dalam "Intifada: History, Meaning, Cause, and Significance".

Kurang lebih ada sekitar 2.000 korban dalam peristiwa Intifada Pertama ini. Dengan rasio 3:1, rakyat Palestina yang lebih banyak menjadi korban. Upaya perdamaian pun menjadi opsi dunia dalam upaya mengakhiri konflik di Tepi Barat dan Gaza.

Yasser Arafat, pemimpin organisasi pembebasan rakyat Palestina (PLO), akhirnya menyepakati gencatan senjata. Keputusan untuk mengakhiri konflik pun diperkuat dengan Perjanjian Oslo pada tahun 1993. Dengan opsi pengakuan atas hak-hak rakyat Palestina.

Seperti diketahui, Yitzak Rabin yang kala itu menjadi wakil Israel, akhirnya tewas dibunuh. Sedangkan Yasser Arafat, juga meninggal dunia, konon akibat "diracun". Perundingan pun dianggap gagal pada tahun 2000, usai Israel melanjutkan misi okupasinya.

Intifada Kedua

Resistensi antara rakyat Palestina dan Israel semakin menguat karena sikap politik pencaplokan wilayah yang agresif. Puncaknya ada pada peristiwa kedatangan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon ke Bukit Bait Suci, di Jerusalem.

Rakyat Palestina menganggap kedatangannya sebagai upaya menguasai Masjid Al-Aqsa, situs suci umat Islam, yang lokasinya sama-sama di Jerusalem. Seketika kerusuhan pun langsung meletus di Jerusalem, dengan respon yang lebih mematikan dari polisi Israel.

Di Tepi Barat dan Gaza, gerakan Intifada Kedua ini bergelora dengan hebatnya. Robert J. Brym bahkan menyebutkan jumlah korban yang mencapai 4.300 jiwa. Rasionya tetap sama, yakni 3:1, dengan korban terbanyak dari rakyat Palestina dan 1.024 orang Israel.

Intifada Kedua sering disebut sebagai Intifada Al-Aqsa. Dalam upaya pembebasan Masjid Al-Aqsa dari upaya penguasaan Israel.

Kali ini, serangkaian aksi bom bunuh diri tampak sebagai upaya perlawanan yang masif. Namun, gencarnya aksi militeristik polisi Israel mampu menekan perlawanan terbuka. "Mereka (polisi) tak segan menembaki kerumunan warga (sipil) yang unjuk rasa".

Alhasil, Intifada Kedua berlangsung selama kurang lebih 5 tahun lamanya. Gelombang perlawanan tak hanya dilakukan oleh pejuang pembebasan, namun seluruh rakyat Palestina. Walau hanya dengan melempari polisi Israel dengan batu ala kadarnya.

Balasannya adalah blokade ekonomi atas Tepi Barat dan Gaza. Termasuk mengawasi setiap rakyat Palestina yang terindikasi akan melakukan perlawanan. Kontrol ketat Israel atas tanah Palestina semakin kuat tanpa ada upaya penyelesaian damai.

Persetujuan gencatan senjata yang dilakukan pada tanggal 8 Februari 2005, pun terjadi karena dukungan rakyat kepada Hamas semakin menguat. Hal inilah yang membuat Israel khawatir, akan terjadinya perlawanan besar dari Hamas beserta koalisinya.

Intifada Ketiga

Perseteruan antara Hamas dengan Israel yang meletus beberapa waktu lalu, dianggap sebagai peristiwa Intifada Ketiga. Tak lain karena peta kekuatan pasukan pembebas Palestina semakin besar seiring waktu.

"Kekhawatiran Israel akhirnya terjadi", demikian kiranya pernyataan yang tepat. Serangkaian serangan Hamas terhadap daerah yang dikuasai Israel, berujung pada pertempuran terbuka. Tanggal 7 Oktober 2023, menjadi catatan sejarah penting yang dicatat dunia.

Operasi Badai Al-Aqsa, demikianlah tajuk utama yang termuat pada laman-laman berita dunia. Pasukan Hamas, hingga kini masih melakukan perlawanan terhadap tentara Israel yang menyerang pemukiman sipil rakyat Palestina.

Termasuk area yang dilarang diserang dalam suatu peperangan, seperti penduduk sipil, lokasi pengungsian dan rumah sakit. Tembok pemisah antara Gaza dan Israel menjadi sasaran utama Hamas dan para militan Palestina. Termasuk instalasi militer Israel targetnya.

Disebutkan pula korban yang jatuh pada peristiwa Intifada Ketiga ini telah mencapai 14.000 jiwa. Dimana hingga artikel ini dimuat, pertempuran masih berlangsung dengan sengit di Palestina.

Semoga lekas ada upaya penghentian pertempuran, atas alasan kemanusiaan. Ribuan anak yang turut menjadi korban, adalah bukti, bagaimana kekejaman perang dapat berlaku bagi setiap manusia. Tak terkecuali para perempuan dan lansia.

Namun, upaya pembebasan bagi rakyat Palestina tentulah menjadi tujuan utamanya. Karena sejatinya "kemerdekaan ialah hak bagi segala bangsa". Seperti yang kerap dikemukakan sebagai dasar utama dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina.

Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun