Kurang lebih ada sekitar 2.000 korban dalam peristiwa Intifada Pertama ini. Dengan rasio 3:1, rakyat Palestina yang lebih banyak menjadi korban. Upaya perdamaian pun menjadi opsi dunia dalam upaya mengakhiri konflik di Tepi Barat dan Gaza.
Yasser Arafat, pemimpin organisasi pembebasan rakyat Palestina (PLO), akhirnya menyepakati gencatan senjata. Keputusan untuk mengakhiri konflik pun diperkuat dengan Perjanjian Oslo pada tahun 1993. Dengan opsi pengakuan atas hak-hak rakyat Palestina.
Seperti diketahui, Yitzak Rabin yang kala itu menjadi wakil Israel, akhirnya tewas dibunuh. Sedangkan Yasser Arafat, juga meninggal dunia, konon akibat "diracun". Perundingan pun dianggap gagal pada tahun 2000, usai Israel melanjutkan misi okupasinya.
Intifada Kedua
Resistensi antara rakyat Palestina dan Israel semakin menguat karena sikap politik pencaplokan wilayah yang agresif. Puncaknya ada pada peristiwa kedatangan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon ke Bukit Bait Suci, di Jerusalem.
Rakyat Palestina menganggap kedatangannya sebagai upaya menguasai Masjid Al-Aqsa, situs suci umat Islam, yang lokasinya sama-sama di Jerusalem. Seketika kerusuhan pun langsung meletus di Jerusalem, dengan respon yang lebih mematikan dari polisi Israel.
Di Tepi Barat dan Gaza, gerakan Intifada Kedua ini bergelora dengan hebatnya. Robert J. Brym bahkan menyebutkan jumlah korban yang mencapai 4.300 jiwa. Rasionya tetap sama, yakni 3:1, dengan korban terbanyak dari rakyat Palestina dan 1.024 orang Israel.
Intifada Kedua sering disebut sebagai Intifada Al-Aqsa. Dalam upaya pembebasan Masjid Al-Aqsa dari upaya penguasaan Israel.
Kali ini, serangkaian aksi bom bunuh diri tampak sebagai upaya perlawanan yang masif. Namun, gencarnya aksi militeristik polisi Israel mampu menekan perlawanan terbuka. "Mereka (polisi) tak segan menembaki kerumunan warga (sipil) yang unjuk rasa".
Alhasil, Intifada Kedua berlangsung selama kurang lebih 5 tahun lamanya. Gelombang perlawanan tak hanya dilakukan oleh pejuang pembebasan, namun seluruh rakyat Palestina. Walau hanya dengan melempari polisi Israel dengan batu ala kadarnya.
Balasannya adalah blokade ekonomi atas Tepi Barat dan Gaza. Termasuk mengawasi setiap rakyat Palestina yang terindikasi akan melakukan perlawanan. Kontrol ketat Israel atas tanah Palestina semakin kuat tanpa ada upaya penyelesaian damai.