Realitas ini kiranya pernah dikemukakan oleh Rizky Alif Alfian dan Tadzkia Nurshafira pada sebuah jurnal di tahun 2015; "Di Antara Rakyat dan Negara: Membaca Gerakan Pemuda di Indonesia Pasca Reformasi". Ada catatan menarik yang tertulis terkait para pemuda.
Yakni, generasi muda bukan lagi hadir dengan konsep dan ide membangun bangsa. Melainkan sekedar menjalankan agenda-agenda yang telah diproyeksikan para pemangku kebijakan. Tanpa ada ruang kritik dalam membuat narasi besar bagi masa depannya.
Tak luput faktor politis dengan pola-pola eksklusif, tanpa ada unsur pelibatan yang bersifat partisipan. Dimana momentum Sumpah Pemuda ke-95 ini dapat dijadikan anti-klimaks dari zona nyaman generasi saat ini.
"Bersama Majukan Indonesia" kiranya bukan sekedar tajuk dalam menyongsong Indonesia Emas. Melainkan dengan sejuta harapan generasi muda bangsa yang bersaing dalam upaya memajukan bangsa melalui proses positif dan inovatif.
Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H