Tahun 1962
Pertentangan antara Presiden Soekarno dengan TNI semakin mengemuka. Lantaran TNI dianggap menentang kebijakan-kebijakan yang pro terhadap PKI. Apalagi kala PRRI/Permesta meletus, banyak anggota TNI yang memilih untuk menentang pemerintah. Bahkan mantan Wakil Presiden Moh. Hatta kediamannya diteror oleh massa PKI di Jakarta.
Tahun 1963
Terjadi penangkapan terhadap tokoh-tokoh agama, seperti Buya Hamka, Isa Anshari, hingga Ghazali Sahlan. Mereka yang terlibat dalam Masyumi pun tidak luput dari amuk massa PKI. Selain dari memanasnya hubungan luar negeri antara Indonesia dengan Malaysia. Dimana keputusan untuk melakukan konfrontasi dengan Malaysia pun memantik reaksi dunia.
Tahun 1964
Chaerul Saleh, pimpinan Partai Murba mengemukakan bahwa PKI hendak melakukan kudeta. Hal ini terkait dengan upaya mobilisasi kekuatan bersenjata yang pro PKI agar dapat "diatur" oleh D.N. Aidit. Selain dari upaya mempersenjatai buruh dan tani yang menjadi organisasi sayap PKI.
Tahun 1965
Pertentangan PKI dengan TNI makin menjadi, sebagai dampak dari upaya membentuk angkatan kelima. Jenderal Ahmad Yani secara tegas menentang upaya mempersenjatai buruh dan tani. Walaupun Indonesia tengah memasuki masa genting dalam menghadapi Malaysia. Di tahun yang sama, Partai Murba akhirnya dibekukan, karena sikap pertentangan Chaerul Saleh kepada pemerintah.
Huru-hara di tahun 1965 pun semakin menjadi di berbagai daerah. Khususnya antara massa PKI dengan golongan santri, peristiwa Kanigoro kiranya dapat menjadi saksi yang dapat mengkisahkan konflik sosial berlatar politik tersebut. Belum lagi di Sumatera dan Bali, aksi sepihak yang ditujukan kepada golongan nasionalis pun berakhir dengan tragis.
Puncaknya tentu saja peristiwa di malam 1 Oktober 1965. Tujuh jenderal TNI diculik dan dibunuh di Lubang Buaya oleh massa PKI, serta dua perwira TNI di Jogjakarta pada 2 Oktober 1965. D.N. Aidit bersama Syam Kamaruzaman disebut-sebut sebagai aktor dibalik aksi tersebut. Melalui Letkol Untung dari Resimen Tjakrabirawa yang menjadi eksekutor lapangannya.
Sejarah panjang perilaku politik PKI memang memberi kesan tersendiri dalam panggung sejarah Indonesia. Tak lain karena sikap pertentangannya terhadap kepentingan nasional. Dengan berbagai pendekatan historis yang sama-sama dapat memberi abstraksi secara positif atau negatif. Kiranya kurang lebih ada jutaan nyawa meninggal selama konflik tersebut terjadi.