Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tragedi "Jumat Kelabu", Kisah Konflik Politik di Masa Lalu

1 September 2023   05:45 Diperbarui: 1 September 2023   05:50 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa "Jumat Kelabu" atau yang dikenal dengan Peristiwa Kerusuhan di Banjarmasin. Memang berawal dari persinggungan politik antar pendukung partai tertentu kala itu. Dimana tepat pada tanggal 23 Mei 1997, meletus pertikaian antar simpatisan politik secara luas di berbagai lokasi.

Kala itu, diketahui telah terjadi bentrokan fisik antar simpatisan Partai Golkar dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hingga mengarah pada kerusuhan sosial disertai aksi perusakan dan pembakaran. Tak luput aksi penjarahan pada lokasi pusat perbelanjaan dan pertokoan di pusat kota Banjarmasin.

Pertikaian bermula karena massa pendukung Partai Golkar tengah mengadakan pawai di sekitar lokasi pendukung PPP. Dijelaskan pula, aksi pemantik pertikaian dilakukan bertepatan dengan waktu sholat Jumat. Inilah yang jadi muasal konflik tersebut berkembang jadi persinggungan antar agama.

Massa yang merangsek hingga ke area tempat ibadah sholat Jumat (Masjid Noor) di Jl. Pangeran Samudera, akhirnya memantik reaksi. Sejumlah jamaah melakukan perlawanan terhadap ribuan massa yang tengah kampanye. Hingga berakhir dengan aksi perusakan terhadap fasilitas gedung DPD Golkar Kalimantan Selatan.

Bentrokan yang tak terkendali pun makin meluas dengan melibatkan kelompok ormas. Baik dari Partai Golkar ataupun PPP, semua saling serang dengan berbagai senjata yang ada. Bahkan ada yang menggunakan molotov, untuk membakar kendaraan.

Pada suasana saling serang tersebut, massa simpatisan Partai Golkar pun terdesak hingga memilih membubarkan diri. Massa segera memburu simpatisan di berbagai lokasi, diantaranya adalah di daerah Liang Anggang. Dengan korban yang tidak terdata dengan pasti.

Bahkan kantor surat kabar Banjarmasin Post pun tak luput dari aksi amuk massa tersebut. Peristiwa tersebut berlanjut hingga siang jelang sore, pada pukul 15.00, Hotel Istana Barito pun jadi lokasi amuk massa. Lantaran di hotel tersebut ada ribuan massa dari Partai Golkar.

Sedangkan pihak penyerbu, telah mengidentifikasikan dirinya menggunakan atribut PPP sebagai simbolnya. Disebutkan pula, diantara massa penyerbu, ada pula diantaranya yang menggunakan atribut PDI.

Jelang petang, lampu yang telah padam di pusat kota semakin membuat suasana menjadi tak terkendali. Di beberapa kawasan, seperti di Jl. M.T. Haryono, Jl. Ahmad Yani, serta HM Hasanuddin, seluruh fasilitas umum dirusak secara radikal. Tak terkecuali kendaran umum yang ditemui di sekitar lokasi tersebut.

Massa yang mulai mendekati Mal Mitra Plaza, segera mengepung area pusat perbelanjaan tersebut dan melakukan pengerusakan. Selain melakukan penjarahan, berbagai kendaraan yang tampak dilokasi pun menjadi sasaran amuk. Banyak diantaranya yang dibakar hingga meledak.

Pun demikian dengan Mitra Plaza, yang berakhir dengan aksi pembakaran terhadap mal tersebut. Termasuk dengan Junjung Buih Plaza yang tak luput dari aksi serupa.

Lain hal dengan kekacauan yang terjadi di Jl. Lambung Mangkurat dan Jl. Veteran. Enam gereja dan satu klenteng dirusak dan dibakar oleh massa, termasuk terhadap keluarga etnis Tionghoa yang jadi sasaran kekerasan fisik.

Kerusuhan terus terjadi hingga malam sekitar pukul 21.00. Termasuk terhadap pusat pertokoan terbesar kala itu, Supermarket Mitra, di Jl. Sumatera. Namun, mulai mereda karena telah ada tindakan tegas dari aparat pengamanan. Dengan status siaga satu, dalam perintah tembak ditempat bagi perusuh.

LBHN Banjarmasin menyebutkan, bahwa mulai ada korban tertembak usai perintah tegas diterapkan. Selain dari aksi blokade warga dengan senjatanya masing-masing. Krisis sosial ini berlangsung hingga beberapa hari kemudian. Dengan 195 orang diamankan di Mapolresta Banjarmasin.

Namun, kerugian materil hingga kini tidak jelas kalkulasinya. Tetapi 120 korban meninggal, menjadikan Jumat Kelabu sebagai tragedi terbesar yang terjadi akibat konflik politik jelang pemilu. Para korban kemudian disebutkan dimakamkan pada satu liang. Peristiwa yang kiranya dapat diingat sebagai bahan refleksi bersama.

Agar tidak ada lagi peristiwa serupa yang mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat di kemudian hari. Baik secara korban jiwa ataupun materi. Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun