Menjadi hal yang memalukan, jika gelaran safari politik kampus justru dimanfaatkan guna kepentingan tertentu. Tanpa disertai agenda edukasi yang dapat membangun citra positif bagi mahasiswa. Apalagi secara terbalik, dipergunakan oleh partai tertentu.
Hanya demi relasi kuasa yang terbangun, kampus justru dibuka sebelar-lebarnya untuk dijadikan arena kampanye terbuka dari salah satu partai politik. Walau terkamuflase melalui beragam kegiatan yang melibatkan mahasiswa umum secara langsung.
Ada unsur yang menjadi jembatan politisasi kampus dengan para akademisinya. Yakni deal politik, yang sejatinya kerap terjadi kala gelar kegiatan politik walau dengan narasi akademik. Sebuah kealpaan yang kelak merugikan proses demokratisasi kemudian hari.
Lantaran peran sebagai area kontrol kebijakan publik, tak lagi tampak karena deal politik dengan kalangan tertentu. Tak ayal, peran mahasiswa sebagai agen perubahan pun bergeser ke area pragmatis politik. Bukan justru menjadi penyeimbang relasi kuasa yang ada.
Inilah yang patut dijadikan refleksi bersama bagi kalangan mahasiswa, khususnya bagi para aktivis kampus. Dengan tetap berdiri secara independen, sesuai tanggung jawabnya bagi keberlangsungan demokratisasi yang positif.
Tanpa adanya unsur politisasi kampus yang sarat dengan kepentingan yang merugikan prosesi demokrasi bangsa jelang pemilu 2024 mendatang. Salam damai, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H