Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Analisis Bangkitnya Aristokrasi Politik

13 Agustus 2023   06:00 Diperbarui: 16 Agustus 2023   04:40 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi tak sama dalam ritus mekanis partai yang lebih eksklusif secara sosial. Dibandingkan sistem aristokrasi ala kerajaan, yang lebih terbuka dan akomodatif sesuai hak dan kewajibannya masing-masing. Inilah asal muasal terjadinya gap sosial secara politis.

Lantaran kebijakan politik hanya bersumber dari segelintir kelompok dengan kepentingannya masing-masing. Sedangkan posisi rakyat, hanya diposisikan sebagai penerima kewajiban mentaatinya.

Sebutlah beberapa hal yang berkaitan dengan keputusan kebijakan publik belakangan ini. Entah dalam Undang-Undang Omnibus Law ataupun Cipta Kerja, yang masih menuai kritik dari berbagai elemen masyarakat. Semua tentu memiliki landasan analitiknya.

Tak terkecuali terhadap siapa saja dibalik penetapan rumusan kebijakan publik tersebut. Dalam hal ini, wajar jika kalangan buruh hingga kini masih merasa dirugikan. Dengan berbagai argumentasi yang menjadikannya sebagai kebijakan non populis.

Dimana dalam berbagai narasi disebutkan perihal sistem aristokrasi yang menjadi sumber muasalnya. Namun, hal itu belumlah dapat dijabarkan secara realistis seperti sesuai dengan fakta politis. Lantaran banyak intelektual yang turut terlibat dalam perumusannya.

Namun, analisis terkait sistem aristokrasi "merangkak" ini dapat menjadi ruang terbuka dalam koreksi kritisnya. Bangsawan kini tak melulu berasal dari kalangan kerajaan. Melainkan bagi kalangan atas, yang memiliki status sosial tinggi secara ekonomi dan politik.

Lantas, apakah perihal aristokrasi ini dapat terurai seiring demokratisasi yang makin mencerahkan? Kita belum juga dapat memberi proyeksinya secara final. Apalagi pada masa jelang pemilu digelar, dengan potensi sosial konflik yang mengemuka.

Semoga bermanfaat, sebagai bahan analisis bersama. Salam damai, dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun