Pukul 21.30 WIB; Sepulang dari Halim, D.N. Aidit bertemu dengan mantan ketua CGMI bernama Hardojo di rumahnya. Seolah ada pembicaraan serius yang tengah diperbincangkan kala itu. Fyi, CGMI ini adalah organisasi mahasiswa underbow PKI. (Kuncoro Hadi)
Pukul 22.00 WIB; Seperti pengakuan Brigjen Supardjo dalam Mahmilub, bahwa ia bertemu dengan Letkol Untung ketika kembali lagi ke rumah Syam. Pada pertemuan tersebut, ia baru mengetahui kekuatan pasukan pendukung gerakan 30 September, seperti apa yang dikemukakan oleh Letkol Untung. Dalam hal ini PKI secara intensif kerap melakukan konsolidasi pasukan bersama Untung.
Pukul 22.30 WIB; Dake mengungkapkan, Letkol Untung, Brigjen Supardjo, dan Kolonel Latief telah tiba di Halim untuk melakukan rapat bersama Syam Kamaruzzaman.
Pukul 23.00 WIB; Victor M. Fic menambahkan, bahwa petinggi PKI bernama Pono juga hadir dalam rapat tersebut. Mereka membahas mengenai sikap Mayjen Soeharto yang kala itu telah ditemui oleh Kolonel Latief di RSPAD. Latief menjelaskan bahwa Soeharto tidak mengetahui adanya Dewan Jenderal, dimana ia sama sekali tidak menganggapnya sebagai ancaman.
Sekitar pukul 23.30 WIB; Omar Dhani mengadakan rapat bersama para pendukung gerakan di rumahnya. Victor M. Fic menuliskan bahwa Letkol Udara Heru Atmodjo melaporkan mengenai penempatan pasukan-pasukan pemukul dan detail mengenai penahanan hingga rencana eksekusi terhadap para Jenderal yang akan ditangkap.
Sekitar pukul 24.00 WIB; Mayor Udara Sudjono mendapatkan perintah untuk mempersiapkan senjata bagi pasukan di Lubang Buaya. Hal ini berkaitan mengenai keputusan Omar Dhani terhadap pasukan pendukung yang dipersiapkan guna melancarkan perlawanan, jika diserang oleh kekuatan (angkatan) lain.
1 Oktober 1965. Lewat tengah malam...
Sekitar pukul 00.00 WIB; Syam Kamaruzzaman meminta agar D.N. Aidit diamankan dari rumahnnya. Hal ini ia lakukan, karena Aidit adalah pucuk pimpinan PKI. Sekiranya Syam paham terhadap konsekuensi politik yang akan dihadapi oleh PKI setelah Gerakan 30 September melancarkan aksinya.
Sekitar pukul 01.30 WIB; seluruh pasukan yang tengah bersiap melakukan aksi di Lubang Buaya telah bersiap mempersenjatai diri dengan seragam militer Cakrabirawa. Mereka menunggu komandan lapangan, Letkol Untung untuk melakukan instruksi.
Sekitar pukul 01.30 WIB; Letkol Untung yang kala itu sempat mempersiapkan pasukan pengawal Presiden di Senayan, langsung kembali menuju Lubang Buaya.
Sekitar pukul 02.00 WIB; Briefing dilakukan dan berbagi peran sudah diinstruksikan. Dalam daftar nama yang menjadi target selain 6 Jenderal yang gugur kemudian, adalah Chaerul Saleh, Sukendro, dan Mohammad Hatta. Sedangkan Mohammad Hatta juga dijadikan target, lantaran dianggap sebagai salah satu tokoh nasional yang sangat gencar menentang PKI kala itu.