Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penumpasan Pemberontakan PKI Madiun 1948

19 September 2022   05:30 Diperbarui: 19 Maret 2023   14:42 13266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpecahan antara Amir Syarifuddin dengan Musso mungkin sudah gak ada obat. Upaya pendirian Pemerintahan Front Nasional telah gagal total, seiring dikepungnya Madiun oleh berbagai unsur bersenjata pro Pemerintah. 

FDR sebagai sentra kekuatan militer PKI lebih memilih mengikuti Amir Syarifuddin daripada Musso. Mereka seolah tidak sependapat dengan konsep pendirian Negara Soviet Madiun.

Tetapi, jalan pemberontakan yang sudah diambil sebagai keputusan mereka tentu tidak dapat dikembalikan seperti sediakala. 

Mau tidak mau, pasukan FDR/Pesindo/PKI dan beberapa sisa pasukan dari Brigade 29 memilih untuk membubarkan diri. Sebagian besar ikut arahan Amir Syarifuddin untuk memasuki wilayah kekuasaan Belanda di utara. 

Kota-kota dan desa bekas aksi kekerasan PKI telah dibebaskan sejak tanggal 26 September 1948. Sedangkan para petinggi PKI telah bergegas meninggalkan Madiun sejak tanggal 28. 

Memasuki tanggal 29, pasukan Siliwangi mulai bergerak mengejar pasukan besar komunis yang lari ke utara. Tetapi tidak untuk Musso, yang hanya ditemani beberapa pengawal saja ke arah Ponorogo.

Sedangkan Soemarsono yang menjabat sebagai Gubernur Militer Pemerintahan Front Nasional di Madiun, memilih untuk mengikuti instruksi Amir Syarifuddin, menyingkir keluar kota. 

Dalam rencana pelariannya, ia justru memulai lebih awal sebelum kota Madiun berhasil dilumpuhkan oleh TNI. Hingga ia berhasil lolos dari penangkapan, karena berhasil memasuki wilayah Belanda.

Berbeda nasib dengan ribuan pasukan yang mengikuti Amir Syarifuddin. Medan berat berupa hutan dan rawa menjadi jalan terakhir mereka, karena desa-desa sudah tidak mau menerima pasukan FDR bersama komplotannya. 

Aksi kekejaman pasukan komunis sudah tersebar luas di setiap desa sekitar Madiun. Maka praktis sudah, tidak ada dukungan moril bagi para pemberontak ini.

Madiun telah masuk masa pemulihan, pejabat-pejabat PKI yang sebelumnya menjabat, kemudian ditangkap. 

Hingga awal bulan Oktober 1948, suasana Madiun berangsur kondusif. Tetapi belum sepenuhnya pulih, karena ada beberapa aksi sabotase yang dilakukan oleh simpatisan PKI yang tersisa. Aksi amuk massal sudah mulai terjadi pada sesi "pembersihan" kaum komunis.

Rakyat bersama TNI mulai bergerak untuk memberangus gerakan komunis. Hingga menimbulkan aksi-aksi kekerasan yang sejatinya berangkat dari dendam. 

Mereka tampak mengejar sisa-sisa simpatisan PKI secara brutal, seperti ungkap Soe Hok Gie. Beberapa diantaranya membawa "pesan" dari peristiwa Surakarta, untuk memburu orang-orang penting di kelompok FDR.

Lantas, bagaimana dengan pasukan Amir Syarifuddin?

Mereka justru terjebak di kawasan hutan di daerah Grobogan, Jawa Tengah. Selama lebih kurang dua bulan lamanya, gerilya dalam pengejaran. 

Parahnya, pasukan FDR beserta Amir Syarifuddin, justru menyerah dibawah divisi Panembahan Senopati yang kali ini turut memberikan pukulan terhadap pasukan komunis.

Usai huru-hara di Surakarta, mereka dapat dikembalikan lagi kepada cita-cita perjuangan Republik. Kala itu memang, mereka termakan hasutan dari orang-orang komunis untuk memberontak. 

Tetapi tidak untuk kali ini. Amir Syarifuddin bersama sisa pasukannya diketahui menyerah pada tanggal 26 November 1948.

Kira-kira dua hari sebelumnya, gerakan pasukan FDR/PKI di sekitar Purwodadi sudah diketahui oleh pasukan dari Kemal Idris. 

Seperti ungkap Poeze, pada aksi itu pimpinan seperti Djoko Soedjono, Maroeto Darusman, dan Sardjono ditangkap hari itu juga. Tidak ada baku tembak, karena kondisi musuh telah dalam lelah, ungkap Suratman dari pasukan Kala Hitam.

Sebulan sebelumnya, Musso yang bergerak ke arah Ponorogo, juga telah berakhir mati dalam sebuah penyergapan. 

Tampaknya apa yang telah dilakukannya tidak memberi tendensi baik dihadapan rakyat. Upaya mendirikan Negara Soviet Madiun dengan jalan kekerasan, sangat memberikan dampak negatif baginya.

Maka wajar, jika pelariannya ke Ponorogo, justru dikuntit terus oleh masyarakat. Dimana peran dari rakyat dengan memberikan informasi mengenai Musso, dapat dengan cepat direspon oleh TNI. Mayatnya kemudian diarak menuju Ponorogo, dan dibakar ditengah alun-alun kota usai dipamerkan.

Kengerian demi kengerian yang dibayangkan oleh rakyat, seketika sirna usai keputusan eksekusi terhadap Amir Syarifuddin yang telah tertangkap. Ia dengan segera dijatuhi vonis hukuman tembak oleh Pemerintah. Tidak ada ruang lagi untuk berdiplomasi, karena Belanda nyata-nyatanya telah siap melancarkan Agresi Militernya yang kedua.

Begitulah kiranya akhir dari para petualang Madiun Affair di tahun 1948. Ada kiranya sekali waktu untuk kita dapat menceritakan kisah kelam bangsa ini terhadap generasi kini. 

Tragedi pemberontakan yang telah merenggut ratusan atau bahkan ribuan nyawa dari para pejuang dan ulama, agar selalu dapat dikenang sepanjang masa.

Khususnya bagi para syuhada dan para pejuang yang gugur dalam upaya mempertahankan NKRI dari bahaya komunisme.

Tidak lain dan bukan lebih kepada upaya menjaga ideologi bangsa agar tetap berjaya, dan tidak tergantikan oleh ideologi yang dapat merugikan kedaulatan negeri ini. 

Walau berangkat dari beragam aksi keji yang dilakukan oleh kaum komunis di masa lalu. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun