Selama di Lembang, ia yang telah memutuskan untuk keluar dari pasukan Belanda, lantas memilih untuk bergabung dengan pasukan divisi Siliwangi. Kolonel Alex Kawilarang adalah sosok dibalik bergabungnya Idjon Djanbi dengan pasukan Republik. Tentu saja karena Alex mengetahui pengalamannya dalam membentuk pasukan penerjun selama Perang Dunia II berlangsung.
Tanpa pikir panjang, Idjon Djanbi langsung memutuskan untuk colabs dengan Alex. Ia diberi pangkat Mayor, dan dengan segera bersama Alex Kawilarang membentuk sebuah Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi cikal bakal dari Kopassus. Tentu berbagai kiprah lainnya dalam berbagai peristiwa pertempuran di Indonesia sudah pasti ada kaitan dengan dirinya.
Hingga tahun 1955, Idjon Djanbi menyatakan berhenti dari ketentaraan, dengan kenaikan pangkat sebagai Letnan Kolonel. Setelah berhasil membentuk Kopassus menjadi sebuah kesatuan elite bagi Indonesia. Luar biasa bukan?
Ketiga, adalah Keluarga Kobus. Nah, mungkin kiprah keluarga ini bagi Indonesia jarang ada yang mengetahuinya. Terlebih semua personilnya adalah perempuan. Dolly bersama ketiga puterinya, Betsy, Annie, dan Miny adalah para pejuang palang merah berdarah Belanda yang justru memihak kepada para pejuang Republik.
Dolly, memang memiliki latar belakang sebagai aktivis penentang pendudukan Jerman pada masa Perang Dunia II. Maka wajar, jika ia memilih berada di pihak Indonesia yang memang dianggapnya tengah memperjuangkan kemerdekaan negerinya. Seperti yang ia alami ketika melawan pendudukan Jerman dahulu.
Sejak berada di Jakarta, dalam sebuah perjalanan menuju Jogjakarta melalui kereta api, mereka kerap berteriak; "Merdeka! Indonesia Merdeka!". Dengan tanpa sekalipun merasa gentar walau banyak pasukan Belanda yang berjaga. Karena memang tujuan mereka ke Jogjakarta adalah untuk bertemu dengan Bung Karno, seraya memberikan kuasa untuk ketiga anaknya.
Tentu saja untuk diperbantukan di barisan para pejuang Republik. Wah. Seorang ibu yang luar biasa, ya?
Tepatnya di front Jember, Annie dan Miny terlibat aktif dalam kesatuan Palang Merah Indonesia di garis depan. Begitupula ketika keluarga Kobus menetap di Malang. Peristiwa Malang Lautan Api pun mereka rasakan dalam suasana pertempuran. Dimana mereka bergerak di "bawah tanah" untuk memberi informasi bahwa Indonesia telah merdeka.
Dalam beberapa waktu, keluarga Kobus kerap turut andil berdemonstrasi demi menuntut penetapan kemerdekaan Indonesia. Kala itu memang tengah ramai upaya diplomasi antar pemerintah Indonesia dengan Belanda. Luar biasa bukan keluarga pejuang ini...