Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Peluru-Peluru Perlawanan Kata Chairil Anwar

26 Juli 2022   06:00 Diperbarui: 31 Juli 2022   13:11 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri. Chairil Anwar dalam sebuah literasi
Dokpri. Chairil Anwar dalam sebuah literasi

Pada medio 1949, Chairil seakan memutar karya juangnya menjadi karya penutup yang seolah sebagai pertanda akan kematiannya. Karya-karyanya pada masa ini rata-rata bertema mengenai kematian, seperti "Yang Terampas dan Yang Putus". Seolah karya ini adalah wasiat untuk dirinya, agar kelak jika meninggal dapat dimakamkan di pemakaman umum Karet Bivak.

Teman-temannya menyadari bahwa Chairil memang tengah sakit sejak lama, tapi ia tidak pernah bercerita mengenai apa yang dideritanya, bahkan kepada Jassin, yang kerap dimintai bantuan ketika ia hendak berobat. Hingga tiba pada suatu waktu, hari Kamis, tanggal 28 April 1949, Chairil Anwar diberitakan telah meninggal dunia.

Ribuan orang mengiringi prosesi pemakamannya, bahkan setelah pemakamannya. Ada delapan oplet yang mengiringi iring-iringan jenazahnya ke pemakaman Karet Bivak, ada yang memakai delman dan sepeda, seperti Sutan Takdir Alisjahbana. Paman Chairil Anwar, Sutan Syahrir justru datang lebih awal untuk mengurus pemakamannya.

Hanya satu ons gula merah, sepasang sepatu dan kaos hitam dengan selembar uang, warisan yang ditinggalkan oleh Chairil Anwar untuk anaknya, Eva. Beserta map berisi bundelan puisi dan sajak dalam tulisan tangan.

Layaknya peluru, sajak Karawang-Bekasi, hingga kini kerap dibacakan untuk mengenang dirinya dan perjuangan bangsa. Semoga bermanfat.

KARAWANG BEKASI

Karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun