Sekiranya perihal digitalisasi bahan bakar dapat segera diluruskan dengan penjelasan faktual melalui pendekatan yang humanis. Bukan sekedar memaksakan dan menginformasikan kepada masyarakat, tanpa melihat realitas sosial yang terjadi di lapangan. Karena hal ini bukan sekedar fakta yang berangkat dari realitas kehidupan para nelayan.
Terlebih dengan hadirnya wacana mengenai upaya digitalisasi gas 3 kg. Wah, makin membuat masyarakat kecil semakin gusar dalam menghadapi hari-harinya. Walau tidak kita pungkiri bahwa era digital mau tidak mau harus dapat diikuti sesuai perkembangan zaman. Tetapi apakah realistis bila tidak diimbangi dengan segala macam fasilitas yang mendukungnya?
Belum lagi bagi nelayan yang memiliki kegiatan wisata bahari. Kebutuhan bahan bakar, jangan sampai membuat popularitas wisata bahari menurun. Akibat dari persoalan biaya perjalanan wisata yang tinggi dan tengah viral di sektor pariwisata belakangan ini.
Seyogyanya kita dapat bangkit bersama tanpa harus mengorbankan sesama pasca pandemi Covid-19. Berbagai kebijakan sudah semestinya berangkat dari realitas kebutuhan masyarakat kecil, dan bukan terbalik, yang justru berangkat dari realitas kebutuhan masyarakat mampu. Semoga bermanfaat, itu saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI