Jiwa seorang prajurit tentu sama dengan masyarakat umum, yang ketika bertemu dengan hal-hal mistis diluar nalar, dapat seketika membuatnya gentar. Tapi tidak hanya bagi seorang prajurit biasa, melainkan serdadu VOC/Marsose yang telah teruji keberaniannya di berbagai medan pertempuran.
Kisah ini diawali selama masa Perang Aceh berlangsung. Kisah nyata ini ditulis oleh Letnan H. Aars dalam buku Tjerita-Tjerita dari Negeri Atjee berdasarkan kisah dari Letnan J.P. Schoemaker, yang juga penulis buku Hikajat Prang di Edi. Awal kisahnya adalah ketika para serdadu VOC tersebut ditugaskan menjaga sebuah benteng yang jauh di pedalaman.
Kurangnya sarana transportasi dan komunikasi yang memadai, membuat mereka hanya dapat bertahan di dalam benteng. Terlebih ketika malam menjelang. Gelapnya malam, dan ingatan mengenai kisah-kisah mistis yang beredar, terkadang membuat para serdadu tersebut tidak ada yang berani berjaga di luar.
Dimana tiba-tiba datang seorang opsir datang menemui komandan benteng untuk melapor. Laporannya kali ini membuat sang komandan hanya mampu terdiam dan berpikir. Penampakan sosok putih yang selalu muncul di area utara benteng, telah membuat para penjaga "penasaran" untuk mengetahuinya.
Selama empat malam berturut-turut, para penjaga diganggu oleh kehadiran sosok putih tersebut. Terlebih, area utara benteng adalah lokasi perkuburan yang terkenal angker dengan berbagai kisahnya. Selama beberapa waktu itulah, nyali para serdadu marsose disana mulai gentar. Mereka lebih memilih meninggalkan pos jaga.
Tak mau hal ini terjadi berlarut-larut, sang komandan kemudian memerintahkan beberapa prajurit untuk bersembunyi di sekitar perkuburan. Hal ini dilakukan agar mengetahui secara langsung atas apa yang terjadi. Tapi, nihil. Setiap kali ada serdadu yang bersembunyi, dedemit itu tidak muncul sama sekali.
Sontak saja, keanehan yang terjadi, semakin membuat pasukan penjaga benteng diselimuti rasa takut. Beberapa kali pun terdengan suara orang tertawa keras dari area utara benteng. Tetapi ketika dilihat, tidak ada apa-apa sama sekali. Begitu pula dedemit yang ditunggu-tunggu, biasanya ia keluar ketika sang penjaga sedang sendirian!
Sang komandan kemudian membuat siasat, ketika dedemit itu muncul, suar atau kembang api segera ditembakkan, disertai laras senapan yang mengarah pada dedemit tersebut. Tetapi lagi-lagi, seketika dedemit yang muncul dari dalam tanah, langsung melesat hilang, sesaat sebelum tembakan dikeluarkan. Sontak, hal itu langsung membuat mereka kocar-kacir.
Jadi, tidak hanya serangan dari para pejuang Aceh yang dihadapi mereka. Serangan dari dedemit yang punya kawasan juga jadi psy war yang tidak kalah menyeramkannya.
"Hari demi hari mereka lalui dengan suasana ngeri dan menyeramkan", tulis Aars. Hingga seorang marsose memberanikan diri untuk mengungkap persoalan ini. Ia meminta izin kepada komandannya untuk melakukan penyelidikan diluar benteng. Karena menurut pengetahuannya, selain area pekuburan, ada sebuah rumah seorang Aceh yang tidak jauh dari lokasi keberadaan dedemit tersebut.
Dari hasil intaian marsose itu, informasi yang valid mengenai keberadaan dedemit itu tidak lain adalah ulah dari para pejuang Aceh. Mereka bermaksud untuk mengetahui kelemahan benteng hingga kekuatan bersenjatan VOC. Karena beberapa waktu kedepan, akan ada serangan kepada posisi pasukan VOC di benteng.
Singkatnya, karena siasat para pejuang Aceh telah diketahui VOC, serangan dadakan yang dialamatkan pada benteng, akhirnya tidak membuahkan hasil. Para pejuang Aceh justru mendapatkan pukulan telak ketika melakukan serangan tersebut. Datangnya bala bantuan dari lokasi lain untuk VOC semakin membuat para pejuang terdesak untuk mundur kembali ke dalam hutan.
Siasat demi siasat dibuat sebagaimana kebutuhan dalam suasana perang. Perjuangan para pejuang Aceh, tentu tidak dapat dipandang sebelah mata. Seperti kita ketahui, perlawanan di Aceh terhadap VOC-Belanda, adalah yang terlama masa pertempurannya. Semoga kisah ini dapat menambah wawasan kita mengenai khasanah sejarah bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H