Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Titik Balik Peristiwa Kalijati 1942

7 Maret 2022   08:18 Diperbarui: 7 Maret 2022   08:19 2466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalijati masa lalu (sumber: facebook PusakaINFO)

Ratusan tahun Indonesia diduduki oleh Belanda, tercatat sejak abad ke 16, walau tidak semua wilayah dapat ditaklukkan secara langsung. Waktu yang cukup panjang bagi bangsa Indonesia untuk dapat bangkit dan berjuang meraih kemerdekaan. Sejak masa perlawanan kedaerahan, kebangkitan nasional, hingga revolusi fisik.

Belanda memanfaatkan betul eksploitasi sumber daya alam dan manusia Indonesia selama masa penjajahannya. Setiap daerah yang berhasil ditaklukkannya, serta memiliki potensi sumber alam yang besar, menjadi area vital untuk dipertahankan. Awalnya bagi menahan upaya-upaya bangsa Eropa lainnya, yang hendak masuk dan menguasai Indonesia.

Hingga masa kebangkitan nasional, upaya melakukan perlawanan secara kedaerahan berubah menjadi perlawanan bersifat politis atau diplomatif. Pendekatan non-fisik tidak lagi menjadi prioritas perjuangan bangsa. Walau upaya melakukan perlawanan secara fisik berangsur-angsur mulai terkoordinasi antar daerah.

Pada tahun 1942, gejolak politik di Asia Tenggara mulai memasuki ekskalasi tinggi, usai meletusnya Perang Dunia II di Eropa. Jepang sebagai negara industrialis fasis, mulai mengoptimalkan kekuatan militernya guna menguasai wilayah Asia Timur hingga Asia Tenggara. Tak lain karena faktor ideologi fasis yang mulai dijalankan melalui ekspansi militer.

Tidak perlu menunggu waktu lama, Jepang mampu menguasai Manchuria tahun 1932 hingga kawasan Indochina tahun 1940, tak lain karena kepiawaian para Jenderal perang Jepang dalam menerapkan strateginya. Begitupula ketika mencoba menguasai Indonesia. Jepang paham betul, kekuatan Belanda di Indonesia, hingga mampu menaklukkannya dalam waktu singkat.

Pertama-tama Kota Tarakan di Kalimantan Timur adalah tujuan pertama aneksasi militer Jepang terhadap kedudukan Belanda di Indonesia. Tarakan, adalah salah satu kota penghasil minyak bumi terbesar ketika itu. Kebutuhan terhadap minyak mentah, untuk armada perang Jepang, adalah kunci utama keberhasilan Jepang menguasai wilayah-wilayah selanjutnya.

Takeo Kurita, yang terkenal sebagai Panglima Angkatan Laut Jepang, dengan strategi kurita (gurita) menurut P.K. Ojong dalam buku Perang Pasifik terbitan Kompas (2005), mampu mengepung armada Belanda dibawah komando Karel Doorman. Armada Belanda yang menjaga laut Jawa merupakan kekuatan gabungan sekutu yang berada di kawasan Asia Tenggara.

Tidak tanggung-tanggung, seluruh armada laut Belanda dapat ditaklukkan dengan mudah, beserta Karel Doorman. Mengetahui laut Jawa sudah dikuasai oleh armada Jepang, pasukan Belanda mulai menyingkir dari wilayah pesisir, guna menghindari serangan bumi hangus armada Jepang terhadap posisi-posisi Belanda.

Kalijati kini (sumber: Facebook PusakaINFO)
Kalijati kini (sumber: Facebook PusakaINFO)

Satu sisi, sikap masyarakat Indonesia lebih mendukung kehadiran Jepang, yang telah terbujuk dalam kampanye Gerakan 3 A. Kehadiran Jepang telah dianggap sebagai pasukan pembebas dari penjajahan. seperti ramalan Joyoboyo. Walau pada akhirnya membuat reaksi perlawanan dari masyarakat Indonesia kepada Jepang.

Jenderal Hitoshi Immamura, sebagai salah satu petinggi tentara Jepang, hadir di daerah Kalijati guna menekan Belanda agar mengakui kekalahannya. Sementara itu, pihak Belanda diwakili oleh Jenderal Hendrik Ter Porteen, bersama Gubernur Militer Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh, tidak dapat melakukan apa-apa karena mengetahui bahwa Jawa telah dikuasai Jepang.

Hampir setiap tempat yang dikuasai Belanda, telah takluk oleh tentara Jepang yang telah mengerahkan armada daratnya, untuk menguasai kota-kota penting di Indonesia. Maka tidak ada lagi pilihan untuk mengakui kekalahan tanpa syarat kepada Jepang. Bertepatan dengan peristiwa menyerahnya Belanda kepada Jepang inilah, pemerintahan pelarian Belanda kemudian didirikan di Australia.

8 Maret 1942, menjadi titik balik bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan kolonialis Belanda, dan dilanjutkan kepada fasisme Jepang. Suatu ironi sejarah yang sebaiknya dapat menjadi pembelajaran untuk kita saat ini. Agar jangan sampai timbul istilah, "keluar dari kandang macan, masuk ke kandang buaya". Sejatinya mempelajari sejarah tentu akan memberikan kita pengalaman mempelajari masa lalu guna masa yang akan datang. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun