Ratusan tahun Indonesia diduduki oleh Belanda, tercatat sejak abad ke 16, walau tidak semua wilayah dapat ditaklukkan secara langsung. Waktu yang cukup panjang bagi bangsa Indonesia untuk dapat bangkit dan berjuang meraih kemerdekaan. Sejak masa perlawanan kedaerahan, kebangkitan nasional, hingga revolusi fisik.
Belanda memanfaatkan betul eksploitasi sumber daya alam dan manusia Indonesia selama masa penjajahannya. Setiap daerah yang berhasil ditaklukkannya, serta memiliki potensi sumber alam yang besar, menjadi area vital untuk dipertahankan. Awalnya bagi menahan upaya-upaya bangsa Eropa lainnya, yang hendak masuk dan menguasai Indonesia.
Hingga masa kebangkitan nasional, upaya melakukan perlawanan secara kedaerahan berubah menjadi perlawanan bersifat politis atau diplomatif. Pendekatan non-fisik tidak lagi menjadi prioritas perjuangan bangsa. Walau upaya melakukan perlawanan secara fisik berangsur-angsur mulai terkoordinasi antar daerah.
Pada tahun 1942, gejolak politik di Asia Tenggara mulai memasuki ekskalasi tinggi, usai meletusnya Perang Dunia II di Eropa. Jepang sebagai negara industrialis fasis, mulai mengoptimalkan kekuatan militernya guna menguasai wilayah Asia Timur hingga Asia Tenggara. Tak lain karena faktor ideologi fasis yang mulai dijalankan melalui ekspansi militer.
Tidak perlu menunggu waktu lama, Jepang mampu menguasai Manchuria tahun 1932 hingga kawasan Indochina tahun 1940, tak lain karena kepiawaian para Jenderal perang Jepang dalam menerapkan strateginya. Begitupula ketika mencoba menguasai Indonesia. Jepang paham betul, kekuatan Belanda di Indonesia, hingga mampu menaklukkannya dalam waktu singkat.
Pertama-tama Kota Tarakan di Kalimantan Timur adalah tujuan pertama aneksasi militer Jepang terhadap kedudukan Belanda di Indonesia. Tarakan, adalah salah satu kota penghasil minyak bumi terbesar ketika itu. Kebutuhan terhadap minyak mentah, untuk armada perang Jepang, adalah kunci utama keberhasilan Jepang menguasai wilayah-wilayah selanjutnya.
Takeo Kurita, yang terkenal sebagai Panglima Angkatan Laut Jepang, dengan strategi kurita (gurita) menurut P.K. Ojong dalam buku Perang Pasifik terbitan Kompas (2005), mampu mengepung armada Belanda dibawah komando Karel Doorman. Armada Belanda yang menjaga laut Jawa merupakan kekuatan gabungan sekutu yang berada di kawasan Asia Tenggara.
Tidak tanggung-tanggung, seluruh armada laut Belanda dapat ditaklukkan dengan mudah, beserta Karel Doorman. Mengetahui laut Jawa sudah dikuasai oleh armada Jepang, pasukan Belanda mulai menyingkir dari wilayah pesisir, guna menghindari serangan bumi hangus armada Jepang terhadap posisi-posisi Belanda.
Satu sisi, sikap masyarakat Indonesia lebih mendukung kehadiran Jepang, yang telah terbujuk dalam kampanye Gerakan 3 A. Kehadiran Jepang telah dianggap sebagai pasukan pembebas dari penjajahan. seperti ramalan Joyoboyo. Walau pada akhirnya membuat reaksi perlawanan dari masyarakat Indonesia kepada Jepang.