Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sitti Hasanah Nu'mang Menantang Westerling

28 Juli 2021   11:46 Diperbarui: 28 Juli 2021   15:29 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sitti Menantang Westerling

Westerling yang mendirikan markasnya di Matoangin, mulai melancarkan serangannya terhadap rakyat Batua, Tanjung Bunga, Kalungkuang, Jongaya, Polombangkeng, Renaja, Komara, hingga Gowa. DST NICA mulai melakukan pembantaian bagi seluruh rakyat Makassar.

Bersama pasukannya ia mengadakan sweeping penduduk tanpa dasar pertimbangan militer yang jelas. Siapapun yang mereka curigai langsung ditembak ditempat. Entah itu orang tua, pemuda, wanita, bahkan anak-anak, tak luput dari pembantaian. Sisanya dikirim ke penjara, untuk diselidiki.

Keluarga Sitti segera ditangkap oleh DST dan dibawa ke Pare-Pare untuk diinterograsi mengenai keterlibatannya dengan pejuang Republik. Mereka semua disiksa di tahanan tanpa ampun, diluar batas kemanusiaan. Hingga pada awal Januari 1947, seluruh pejuang yang tertangkap dieksekusi satu per satu.

Sabtu, 4 Januari 1947, kelompok pejuang Sitti diangkut menuju ke suatu tempat pembantaian. Di hadapan lubang maut, mereka dibariskan. Sitti bersama ayah dan saudara-saudaranya dihadapkan dengan Westerling sebagai algojonya.

Seketika, ayah dan saudara-saudaranya satu per satu gugur diterjang peluru pasukan DST. Tatkala Westerling berhadapan dengan Sitti, justru bukan suara gemetar atau doa yang terdengar. Melainkan sebuah tantangan!

"Heh, Tuan, kami bukan perampok! Tuan-tuanlah yang merampok! Ini adalah negeri kami sendiri!", teriak Sitti seraya mengancam Westerling. "Kamu orang memang keras kepala, tidak mau tunduk sama Belanda! Besok lusa, pasti saya kasih kamu punya bahagian, ya?!!", teriak Westerling yang menunjuk Sitti.

"Kenapa musti menunggu besok, he?!". Entah apa yang ada dibenak Westerling kala itu. Tantangan Sitti memang tidak ia temui ketika berhadapan dengan pejuang di ujung maut. Tak lama ia dibebaskan dengan status tahanan kota oleh tentara NICA di Sulawesi Tenggara.

Sitti Hasanah Nu'mang Pejuang yang Terlupakan

Selama pendudukan NICA di Sulawesi, status tahanan kota serta pengawasan terhadap dirinya tidak membuat Sitti patah arang. Ayah dan saudaranya telah tiada, Ibu dan adik-adiknya membutuhkan biaya untuk hidup. Ia harus mencari uang sambil terus berjuang.

Tentu tidak ada pekerjaan apapun yang didapat. Ia berstatus tahanan politik. Sulawesi sepenuhnya masih berada dibawah kekuasaan Belanda. Walau sudah merdeka, masa inilah yang dikenal sebagai masa mempertahankan kemerdekaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun