Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Permainan Hidup

22 Januari 2023   22:17 Diperbarui: 22 Maret 2024   16:44 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Insya Allah," jawab Fauzan.

***

Aisyah sebenarnya sudah curiga sejak beberapa tahun yang lalu ketika ia melihat anaknya, Nadifa, tidak mirip dirinya. Nadifa juga tak mirip ayahnya, Fauzan. Aisyah dan Fauzan berayah dan ibu Aceh tulen, mereka berdua berwajah Aceh identik yang berhidung agak mancung, kulit hitam manis, mirip orang Gujarat. Memang, kakek dari Fauzan dulu beristrikan orang Jawa. Namun wajah Nadifa tetap berbeda. Sepupunya bilang wajah Nadifa tak cocok bernama Nadifa.

"Ah, tapi kan ada anak yang mirip neneknya, kan gen yang terbawa ke bayi tidak mesti dari orang tuanya," jawab beberapa orang menghibur waktu itu. Tapi sebenarnya Nadifa juga tak mirip neneknya. Ia tidak mirip siapapun di pohon keluarga intinya.

Aisyah dan Fauzan tentu sangat menyayangi Nadifa. Ia tumbuh dan kembang menjadi gadis lincah dan cerdas. Kasih sayang mereka tentu saja melebihi anak lainnya karena ia anak perempuan tunggal dan mendapatkannya sungguh sulit dan 'mahal'. Nadifa juga bukan anak yang rewel. Ia relatif patuh pada instruksi ayah dan ibunya sejak ia balita. Ia seperti mengerti jerih orang tuanya mendapatkan dirinya.

Ketika Nadifa akan tamat SD, baru kemudian, ada pemeriksaan golongan darah dilakukan dalam sebuah program dari Dinas Kesehatan, yang hal itu membongkar semuanya. Nadifa bergolongan darah A. Sementara selama ini diketahui Fauzan dan Aisyah bergolongan darah O. Mendapati hal itu, Fauzan sampai melakukan pemeriksaan ulang. Hasil tetap sama. Hal ini yang menjadi alasan Fauzan bertemu dokter Amrin. Ia meminta penjelasan dan sekaligus pertanggungjawaban dokter itu bila terbukti ada sebuah kelalaian. Kemungkinan tertukarnya tabung penyimpan embrio di klinik tersebut.

***

Aaron Sidabutar, anak pak Ucok Sidabutar, sejak kecil sudah terlihat meminati sejarah. Ia kerap ikut ayahnya yang memandu turis yang berkunjung ke situs sejarah di makam Raja Sidabutar di Tomok, Samosir. Ia sudah mampu menjelaskan secara detil sejarah nenek moyangnya. Bila sudah cukup umur nanti, sudah masuk usia legal untuk bekerja, ia berencana akan meneruskan profesi ayahnya.

Hari ini Aaron, ayahnya dan Berna, ibunya, menanti tamu penting. Adalah Fauzan, Aisyah dan Nadifa yang akan tiba siang ini. Ucok sudah dikabari tentang perihal 'kasus salah embrio' yang dialami Aisyah. Menurut pengecekan mendalam, kemungkinan bertukar dengan tabung embrio istrinya, Berna. Mereka hendak berembuk langkah apa yang akan dilakukan, termasuk kemungkinan menempuh langkah hukum.

***

"Saya sudah bertemu dokter Amrin. Walaupun staf dan perawatnya berupaya berkelit dan mengatakan tidak ada kekeliruan, pada akhirnya beliau mengakui ini adalah sebuah kesalahan besar. Beliau bersedia bertanggungjawab. Beliau tidak mengetahui bagaimana embrio itu bisa salah rahim karena ia mengatakan prosedur di kliniknya selalu ketat. Label nama yang melekat pada tabung bahkan menggunakan barcode dan SOP-nya dievaluasi Kemenkes. Agak sulit untuk ditelusuri dimana letak kesalahannya karena kejadiannya sudah lama dan perawat-perawat beliau ada yang sudah tidak bekerja lagi," jelas Fauzan menceritakan pengalamannya marah-marah di lobi klinik dokter Amrin kepada keluarga Ucok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun