Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konspirasi Kristen dalam Menjerumuskan Umat Islam dan seterusnya dan Seterusnya...

12 Oktober 2014   19:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:21 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Coba baca info yang sangat penting ini, agar umat Islam tidak tersesat.

***

"Anda seorang Islam pengguna Twitter? Pikir-pikir sebelum Anda terjerumus dalam misi kristenisasi. Baru-baru ini harian ternama Newsweek, mengutip statement dari CEO Twitter, Graham Russel, dalam sebuah seminar, bahwa Jack Dorsey, sang pendiri, mengakui pada dirinya bahwa Twitter terinspirasi dari pola Yesus menyampaikan kalimat dalam pesan-pesan kepada umatnya.

" Kalau dirata-rata dari 31.102 ayat yang disampaikan, rata-rata pesan dari Yesus jatuh pada angka 140, yaitu jumlah karakter dalam satu tweet. Dan metode itu ternyata memang efektif dalam sebuah penyampaian pikiranm karena telah diakui sejak ribuan tahun " ucap Russel. "Anda bisa cek pada tweet Dorsey terakhir saat ia mengeluarkan statemen itu," tambahnya.

Itulah yang membuat Dorsey merumuskan sistem batasan 140 karakter dalam sebuah tweet. Dengan demikian, jutaan umat Islam --termasuk di Indonesia-- telah mengikuti pola Yesus dalam menyampaikan pesan, sebuah cara awal untuk "mengajak" orang Islam "menjadi" nasrani.

***

Percayakah Anda pada tulisan diatas?

Lebih baik tidak! Karena itu adalah cerita rekaan saya saja!

Itu adalah salah satu hoax. Hoax adalah berita bohong yang ditujukan untuk menyesatkan.

Sebenarnya Anda bisa membuktikan tulisan tersebut kurang layak dipercaya :

1. Tulisan itu tidak lengkap. Tak menyertakan nama seminar apa, dimana dan kapan terjadi.

2. Secara keseluruhan, tak menyertakan kaidah 5W+1H sebagai standar pemberitaan.

3. Tak memberikan tautan terhadap pemberitaan tersebut, salah satunya tautan dari Newsweek-nya. Bila pun ada tautan, cek, apakah tautan itu benar ataukah tautan palsu.

Selebihnya, Anda dapat lakukan cross cek :

4. Benarkah ada harian bernama Newsweek? Newsweek memang ada, tapi bukan harian, namun mingguan. Ia seperti Majalah (cetak/online) Tempo atau Detik yang terbit setiap minggu. Dari kata 'week' saja sudah sangat menjelaskan bahwa newsweek terbit mingguan.

5. Graham Russel itu hanya penokohan saya saja. Sudah pasti Twitter tak punya CEO bernama demikian. Graham Russel adalah salah satu personel Air Supply, band kenamaan era 90an, favorit saya.

Kenapa tidak di cek dulu kebenaran informasi ini :

6. 31.102 ayat dalam Injil? Mana saya tahu? Sebagai muslim, pegang saja tak pernah, konon lagi baca atau menghafal jumlah ayatnya. Kenapa tidak di cek ke seorang teman beragama nasrani yang paham soal itu? Bila belum dilakukan, atau malas dilakukan, jangan sebarkan.

7. "Anda bisa cek tweet Dorsey terakhir saat ia mengatakan itu." Ini juga bisa dicek. Bila tak dilakukan, jangan sebarkan.

Terakhir, lebih baik menjadi "curigamen" daripada jadi "ketipumen"

Mengapa saya menulis berita bohong itu? Tentu saja untuk pembelajaran. Lalu mengapa saya memilih tema Twitter. Kenapa bukan Palestina atau yang lain? Jawabannya adalah motif. Saya --walaupun memiliki akun Twitter -- kurang menyukai batasan karakter pada Twitter. Sebagai seorang copy writer, batasan itu menghambat saya mengeksplorasi kalimat sehingga tersampaikan dan dicerna baik oleh pembaca. Terlebih lagi, mustahil pula membuat kalimat lengkap dengan kaidah 5W+1H dengan 140 karakter. Karena itu pula, saya memiliki motif pribadi untuk menghimpun orang-orang agar tak menyukai Twitter agar "menggugat" batasan 140 karakter itu dengan membuat berita bohong, hoax.

Lalu mengapa saya menggunakan sentimen agama? Isu agama itu sangat seksi. Dengan menggunakan isu agama, itu memberi potensi peluang Tweet saya tak cuma berhenti disegelintir teman-teman saya saja. Dengan menggunakan sentimen agama, lebih menjamin bahwa hoax yang saya buat akan membahana seantero negeri dan bahkan ikut disebarluaskan oleh orang-orang yang tak mengenal saya. Karena saya paham benar, umat Islam Indonesia ini sangat primordial, gampang diprovokasi, seperti sabda nabi dalam sebuah hadistnya, "umat Islam itu banyak, tapi (hanya) seperti buih dilautan," mengikuti saja saat diombang-ambing ombak. Mereka menerima saja apapun berita berkenaan dengan masalah agama, lalu menyebarluaskannya atas nama meneruskan dakwah. Bukankah meneruskan berita baik pahalanya setimpal?

Hoax tidak terlalu meresahkan bagi saya. Justru yang meresahkan adalah umat yang gampang menelan tanpa menealaah sumber berita. Pernah ada suatu kali, seorang teman saya, haqqul yakin mengirim pesan ke inbox Facebook saya, tentang sebuah informasi yang ia baca dari sebuah blog Islam, tentang misi pemurtadan di Indonesia. Wilayah kasus adalah Solo dan Aceh. Ada yang menarik dari salah satu paragrafnya :

" Di Aceh lebih mengkawatirkan lagi, di mana menurut penuturan seorang pendeta yang sudah masuk Islam, George Panjaitan, yang sekarang belajar agama dengan Prof. Mustafa Ya’cub,yang belajar di Pondok Darus Sunnah, Ciputat, mengatakan orang Aceh Utara yang murtad jumlahnya mencapai 400.000 orang, di empat desa di wilayah itu. Padahal, selama ini Aceh dikenal dengan sebutan Serambi Makkah."

Saya yang tinggal di Aceh tentu paham benar bagaimana kondisi disini. Lalu saya balas di messagenya, "Anda tahu jumlah penduduk Aceh Utara?" Sebelum dia menjawab, saya langsung tulis; Ada "540.000 jiwa" dengan 125.000 Kepala Keluarga."

Pertama: Tidak mungkin jumlah penduduk 4 desa (disini disebut gampong) bisa sebanyak itu. Di Aceh Utara ada 850-an desa. Kalo dirata-rata, empat desa hanya menembus 2500an jiwa. Di Banda Aceh saja, yang pendudukanya lebih padat, ada 91 desa dan total penduduk 91 desa itu hanya 225ribu. Perlu berapa desa untuk bisa memenuhi angka 400ribu?

Kedua: 400ribu dari 540ribu adalah sekitar 75%. Sudah lebih banyak yg murtad daripada yang muslim.

Saya lalu memberi kesimpulan kepada pengirim pesan agar hati-hati menelan informasi dan perhatikan sumbernya.

Tujuan besar di era teknologi informasi bagi seorang pembuat hoax adalah eksistensi dan popularitas. Mengenai popularitas, salah satunya tercermin dari para pengelola media online. Saat ini, cukup 100ribu rupiah sudah bisa memiliki media online. Tantangannya tinggal bagaimana portal itu dikunjungi. Nah, cara instan mendapatkan pengunjung banyak ya cuma dua; content porno dan hoax. Kaum primordialis adalah sasaran empuk untuk berita hoax berisi sentimen agama. Kaum primordialis adalah penganut agama fanatik yg kerap mengesampingkan akal sehat dan logika, memikirkan golongan sendiri dan tak peduli bahwa di negara ini juga hidup kaum agama lain. Mereka sangat rentan "dibodohi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun