Mohon tunggu...
hendra tirta
hendra tirta Mohon Tunggu... Lainnya - s

s

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Jarak Jauh di Daerah Pelosok Indonesia

29 Desember 2020   17:37 Diperbarui: 29 Desember 2020   17:57 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi Covid-19 di Indonesia ini adalah bagian dari pandemi penyakit corona virus yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh corona virus sindrom pernapasan akut berat. Kasus positif COVID-19 di Indonesia pertama kali didapat/dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang.

Kemudian pada tanggal 9 April, pandemi sudah menyebar sampai ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat adalah provinsi paling banyak terpapar virus corona di Indonesia.

Pendidikanpun tidak luput terkena dampak COVID-19. Salah satu dampaknya adalah siswa tidak bisa melaksanakan pembelajaran secara konvensional atau secara tatap muka dengan guru di kelas. Terhitung dari Bulan Maret 2020 siswa tidak melakukan pembelajaran secara konvensional. Satu-satunya cara untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah secara daring.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah dalam jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Jika dilihat dari pengertian di atas sudah jelas bahwa jalannya kegiatan belajar mengajar dilaksanakan melalui jejaring internet atau bisa kita sebut juga e-learning.

Menurut Rusman (2012: 293) e-learning adalah aktivitas yang dibantu oleh media elektronik. Melalui e-learning, pemahaman siswa didapat melalui bantuan teknologi elektronik. Contoh teknologi elektronik yang banyak digunakan adalah internet, intranet, tape video atau audio, penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-ROM (Rusman, 2012: 291).

Pengertian tersebut didukung oleh pendapat Elliot Masie, Cisco, dan Cornellia (Munir, 2009: 168) menyatakan bahwa pengertian dari e-learnig itu sendiri adalah pembelajaran yang disampaikan melalui media elektronik seperti internet, komputer, handpone dan lain-lain.

Jadi e-learning tidak hanya dapat dilakukan dengan internet, banyak contoh media elektronik yang dapat digunakan, dan internet merupakan salah satu bagian dari e-learning. Maka dari itu dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa pembelajaran e-learning dapat dilakukan bukan hanya melalui internet saja, melainkan dapat dibantu oleh perangkat elektronik lain yang berkaitan dengan media pembelajaran.

Pada masa pandemi ini penggunaan media pembelajaran berbasis ICT digunakan oleh semua orang guna mengurangi atau mencegah penyebaran covid-19. Namun sepertinya penggunaan media pembelajaran berbasis ICT ini tidak menuai protes selama masa pemakaiannya. 

Namun yang sebenarnya ada 5 permasalahan penting yang terjadi pada masyarakat daerah dalam pembelajaran daring ini, yang pertama adalah ketidakpunyaan gawai untuk belajar secara daring. Karena keterbatasan ekonomi inilah yang menyebabkan ketidak punyaan gawai untuk siswa tersebut belajar secara daring. Ini menyebabkan pembelajaran siswa tersebut pun terganggu.

Selanjutnya ada juga siswa yang memiliki HP tetapi HP tersebut memiliki model yang sudah lama. Hanya bisa telefon dan sms saja, sehingga HP tersebut tidak bisa menggunakan fitur video call yang digunakan untuk belajar secara daring.

Selanjutnya adalah memiliki HP tetapi tidak memiliki kuota, masalah ini juga terjadi bukan di daerah saja, tetapi banyak siswa maupun mahasiswa yang memiliki masalah demikian, tetapi seiring berjalanannya waktu pemerintah memberikan bantuan kuota untuk pelajar.

Masalah selanjutnya bagi orang yang tinggal di daerah adalah kurangnya sinyal untuk berkomunikasi, hal ini sangat mengganggu para pelajar sehingga mereka diceritakan harus pergi mencari tempat yang memiliki sinyal yang bagus, seperti diatas bukit itupun hasil sinyalnya tidak maksimal.

Dan yang terakhir adalah aliran listrik sering putus, permasalahan terakhir ini, sering dialami masyarakat di daerah. Terputusnya aliran listrik mengakibatkan tidak hanya aliran listrik saja yang hilang, tetapi jaringan internet pun ikut hilang.

Terkadang ketika pembelajaran sedang dilaksanakan, tiba-tiba aliran listrik mati inipun dapat mengganggu para siswa untuk menjalankan kegiatan pembelajaran melalui daring.

Menurut saya ketika masalah-masalah yang seperti saya katakan di atas sudah terjadi, maka menurut saya solusi yang diambil semestinya adalah pemasangan wifi pada setiap RT maupun RW untuk menunjang para siswa untuk lebih mudah belajar secara daring.

Perbanyak juga pembelajaran melalui pembuatan video dan tidak difokuskan untuk panggilan video saja, dan menekankan pada orang tua siswa untuk membimbing anaknya ketika pembelajaran sudah dimulai, dikarenakan menurut saya pembelajaran tatap muka melalui daring lebih dari 40 menit sudah membuat pelajar merasa resah dan bosan.

Maka kehadiran orang tua di sini adalah untuk membimbing siswa tersebut, dan ini berlaku untuk para siswa sekolah dasar saja. sedangkan untuk jenjang sekolah menengah dan akhir lebih baik banyak interaksi agar siswa tetap terjaga dalam pembelajaran secara daring.

Menurut saya pandemi ini juga memecah belah fokus para orang tua di daerah sana untuk fokus pada pendidikan anaknya. Terganggunya ekonomi setiap keluarga membuat mereka harus mencari jalan keluar untuk memulihkan ekonominya dan harus menentukan prioritasnya.

Di keadaan yang terjadi seperti demikian membuat saya berpikir bahwa tidak ada waktu untuk memikirkan perlengkapan untuk belajar anak seperti memiliki HP dan sebagainya, maka menurut saya jalan keluar yang terbaik adalah untuk belajar secara mandiri dirumah, tugas tugas diberikan oleh guru dikirim melalui pesan HP.

Ketika keadaan sudah mulai membaik maka pemerintah juga harus memberi perhatian terhadap daerah-daerah yang memiliki keterbatasaan untuk menggunakan pembelajaran via daring tersebut. Media harus mulai memberitakan sedikit demi sedikit agar banyak orang-orang yang memberi perhatian dan ikut membantu walaupun dengan perlahan.

Karena menurut saya jika tidak ada yang memberikan bantuan sama sekali maka daerah tersebut perlahan berjalan menuju jalan buntu dalam pembelajaran daring, jika tidak ada bantuan sama sekali maka jalan satu satunya adalah tatap muka, dikarenakan gawai yang diperlukan itu tidaklah murah bagi mereka dan mereka pun mempunyai prioritas yang lebih penting dari membeli gawai untuk belajar secara daring tersebut.

Tapi menurut sepengetahuan saya, masih banyak orang-orang di daerah yang tidak terlalu memperdulikan pendidikan, bukan karena pendidikan tidak penting, melainkan susahnya perekonomian keluarga tersebut yang memaksa mereka memprioritaskan untuk mencari nafkah untuk bertahan hidup, maka ini juga akan berdampak pada pembelajaran daring.

Orang tua tersebut akan menilai bahwa pembelajaran daring ini terkesan "ribet", dan mustahil dilaksanakan dikarenakan ketidak punyaan gawai untuk memenuhi kebutuhan anaknya belajar secara daring. Banyak juga sekolah yang tetap melaksanakan jadwal normal di masa pandemi ini, dalam catatan bahwa daerah mereka memiliki zona yang aman, dan juga protocol kesehatan pun dilaksanakan.

Menurut mereka ini adalah jalan terbaik untuk tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar di daerah tersebut. Saya pun setuju akan hal ini, menurut saya dimasa pandemi sangat sulit untuk mereka yang tinggal di daerah untuk melaksanakan pembelajaran secara daring tanpa bantuan dari pihak manapun.

Sekali lagi dalam catatan daerah itu tidak memiliki zona yang berbahaya dan tetap melaksanakan protokol kesehatan dan dalam pengawasan orang tua agar para siswa dapat pulang langsung setelah jadwal pelajaran atau jadwal sekolah telah selesai dilaksanakan.

Seorang guru sekolah di Cirebon pun membuat kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan cara mendatangi setiap rumah para murid untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Karena disana belajar secara daring pun disebut tidak berjalan efektif, dikarenakan tidak semua siswa, khususnya di daerah pelosok, memiliki fasilitas internet dan gawai.

Adanya permasalahan tersebut kemudian mendorong pihak sekolah untuk mencari cara lain agar KBM tetap berjalan. SD Negeri 1 Munjuk pun mengambil tindakan untuk tidak menerapkan metode belajar daring. Metode belajar yang digunakan para guru di SD tersebut adalah dengan cara mendatangi langsung rumah para siswa. Para siswa sebelumnya membuat kelompok belajar.

Pembentukan kelompok belajar ini dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian materi yang akan dijelaskan oleh guru. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa jalan terbaik untuk tetap menjalan kegiatan belajar mengajar di daerah adalah dengan menemui para siswanya secara langsung.

Dikarenakan belajar secara daring bukanlah jawaban yang tepat untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di daerah yang pelosok. Menurut para guru SD Negeri 1 Munjuk kekurangan dari metode belajar mengajar yang digunakan para guru saat itu adalah guru harus membawa sendiri buku materi dari sekolah ke rumah siswa, serta tidak tersedianya papan tulis untuk menunjang kegiatan belajar.

Bahkan, dirinya sempat kebingungan mencari alamat rumah siswa karena letaknya berada di pelosok desa. "Medianya susah. Harus ada papan tulis, buku-buku harus dibawa dari sekolah ke rumah siswa. Rumahnya juga saya tidak tahu, jadi harus blusukan dulu ke pelosok-pelosok," Kata Dian salah satu guru sekolah dasar tersebut.

Dalam kenyataannya kita semua tidak siap dengan keadaan yang seperti ini, dimana semua orang terkena dampak dari pandemi ini. Dari faktor ekonomi, kesehatan, maupun faktor yang lainnya. Kemendikbud pun tidak bisa meraup semua permasalahan dalam dunia pendidikan untuk bisa diselesaikan dalam sekejap, semua butuh proses yang panjang, dan Kemendikbud Nadiem makarim pun menegaskan bahwa prioritas Kemendikbud bukanlah melanjutkan atau melaksanakan Pengajaran Jarak Jauh (PJJ) dalam jangka waktu yang lama.

Meski begitu karenaka kondisi kesehatan yang belum pasti, maka saat ini Kemendikbud terus menyusun langkah untuk mengoptimalkan PJJ. dua prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi menurut Kemendikbud adalah kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran.

Lalu kedua, tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial juga menjadi pertimbangan dalam pemenuhan layanan pendidikan selama masa pandemi Covid-19.

Menurut pendapat saya kinerja dari Kemendikbud ini sendiri sudah sangat maksimal dan terarah. Bantuan demi bantuan pun berdatangan seiring berjalanannya waktu. Walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendapatkan bantuan setidaknya Kemendikbud tau apa yang menjadi prioritasnya dan kinerjanya terlihat terjadwal dan terarah.

Kemendikbud pun berbicara langsung secara daring dengan 50 murid yang berasal dari daerah terpencil, kepulauan, daerah tertinggal dan murid dengan disabilitas. Para siswa memberikan masukan tentang proses pembelajaran selama masa pandemi Covid-19. Pak Nadiem selaku menteri pendidikan dan kebudayaan itu pun merasa senang telah dapat berdialog serta mendengar cerita dan gagasan kreatif dari adik-adik murid.

Dialog itu pun dilakukan kurang lebih tanggal 19 Juni 2020 yang berarti kurang lebih 2 bulan lebih setelah diumumkannya lockdown di Indonesia, yang berarti menurut saya tergolong cepat untuk segera merangkul daerah-daerah yang berpotensi sulit untuk melakukan pembelajaran jarak jauh ini.

Tetapi ada juga alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dinilai belum efektik menjangkau siswa dan mahasiswa dalam PJJ, dukungan dan pendampingan orang tua serta guru belum maksimal, tugas yang terlalu berat tanpa bimbingan guru, termasuk beban ganda di rumah khususnya bagi anak perempuan.

Menurut kesimpulan saya bahwa kembali lagi bahwa keadaan pandemi ini membuat semua fokus terpecah belah, kita hanya dapat menelan pil pahit berkali-kali dan menerima kenyataan bahwa keadaan pandemi ini lebih buruk dari yang dibayangkan. Banyaknya orang yang terjangkit virus ini membuat gerak-gerik setiap orang menjadi terbatas.

Bantuan datang terlambat, kita tak bisa berkutat, dan peraturan yang ketat menjadi alasan utama kita tidak berbuat banyak. Salah satu cara untuk keluar dari segala permasalahan ini adalah dengan peduli dengan keadaan sekitar. Bantuan tidak melulu harus bersentuhan, melakukan kontak secara langsung, dan bertatap muka.

Setelah keadaan kita sudah berangsur membaik alangkah baiknya untuk memperhatikan keadaan sekitar, ketika keadaan sekitar sudah membaik alangkah baiknya untuk memperhatikan keadaan orang lain yang sedang dalam keadaan yang sulit. Mencoba untuk memberi perhatian kepada teman-teman kita di pelosok daerah sana.

Bantuan tidak melulu soal materi, dengan menyuarakan dan menerapkan untuk menjaga kebersihan dan menaati kebersihan pun secara langsung menbantu mereka, menurut saya dengan mengurangnya orang yang terinfeksi bantuan pun akan lebih mudah berjalan tanpa terganggu oleh daerah daerah kota yang di lockdown sehingga gerak gerik bantuan pun akan terhambat.  dan merasa terlambat dalam menyuarakan, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun