Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Dinasti atau Dinasti Politik; yang Terpenting Orang Jahat Jangan Sampai Berkuasa

25 Oktober 2023   19:10 Diperbarui: 25 Oktober 2023   19:15 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar berita google (capture 25/10/2023 - 18.10)

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) punya analisa beberapa model Politik Dinasti yang ada di tanah air (sumber: Didik Gunawan Suharto dkk., "Pilkada, Politik Dinasti, dan Korupsi, 1997).

Pertama, model arisan. Ini merupakan model kekuasaan yang menggumpal dalam satu trah keluarga yang berjalan turun-temurun. Hal ini banyak dijumpai pada jabatan Lurah atau Kepala Desa.

Kedua, model lintas kamar. Artinya ada pembagian atau cabang kekuasaan. Misalnya, dalam satu keluarga, ada yang menjadi Walikota/Bupati. Anggota keluarga yang lain menduduki posisi sentral di DPRD atau di sektor lain di pemerintahan.

Ketiga, model lintas daerah. Model ini mengisyaratkan adanya anggota keluarga yang menjadi pemimpin daerah tidak di satu wilayah yang sama. Ia bisa ada di sembarang tempat, namun sebenarnya masih punya darah kekerabatan yang sama.

Demokrasi Sehat nan Cerdas

Namanya kekuasaan itu sensitif. Sejarah cukup banyak mengulasnya. Terlebih misalnya di era Nusantara ketika masih berdiri banyak kerajaan. Ambisi kekuasaan seseorang bisa mengorbankan sebanyak-banyak penduduknya.

Terjadinya Dinasti Politik, pertama-tama adalah sarana melanggengkan kekuasaan untuk melindungi kepentingan yang sedang dirancang. Gagasan awal itu tidak boleh mengalami kemerosotan, atau bahkan punah dalam sekejab hanya gegara gagal mempertahankan kekuasan mayoritas yang diraih sebelumnya.

Pada prinsip dasar seperti ini, tentulah pantas untuk dipahami. Dasar dan bangunan yang baik dan belum selesai dalam satu masa pemerintahan, harus bisa dilanjutkan oleh kepemimpinan berikutnya yang punya visi-misi yang sama atau setingkat pemahamannya.

Namun jika Dinasti Politik kemudian mengarah pada jalan yang berbeda dan berubah haluan, maka itu pantas untuk dihentikan. Tak ada ruang bagi penguasa yang hanya berambisi melanggengkan kepentingan pribadi dan kelompok terdekat dalam lingkaran kekuasaan yang dibangunnya.

Tentu, pilihan itu akhirnya kembali berpulang pada rakyat sebagai pemegang suara tertinggi dalam prinsip hidup berdemokrasi.  Tapi, yang pasti, supaya kehidupan demokrasi kita makin bernas dan sehat, maka cerdaslah dalam memilih calon pemimpin bangsa.

Ia berpotensi meneruskan gagasan kebaikan dari kepemimpinan sebelumnya yang pro kesejahteraan bersama? Ataukah calon penguasa yang terindikasi hanya ingin menjadikan kekuasaan sebagai alat membangun trah kepentingan elite pribadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun