Beberapa akun live medsos undangannya adalah ajakan untuk turut meramaikan acara FRUS 2023. "Yuk segera merapat, yo, Rek... Ojok sampek ketinggalan."
Penggalan kata manis ini misalnya, Â meluncur dari seseorang di balik nama akun resmi yang terus melaporkan kegiatan pra pendahuluan alias gladi bersih.
Di rumah, nonton lewat tayangan live IG, pandangan mata tertuju pada salah satu video yang menunjukkan adanya pembatas pagar besi. "Oh no..." Ini bakalan tambah gak asyik. Jelas penonton, warga umum akan berjubel di balik pagar besi setinggi kira-kira 125 cm ini.
Lumayanlah, walau absen, bisa melepas kangen acara. Tak perlu ikut berdesak-desakan. Kapok deh menonton penonton ketimbang suguhan acaranya.
Nah rupanya di balik gebyar acara yang terdokumentasikan secara apik ini, ternyata terselip pula banyak kekecewaan dari warga yang sudah kadung (terlanjur) datang ini. Mereka tidak boleh masuk ke area red carpet. Nanti sesudah acara seremonial selesai digelar, baru diperbolehkan. Begitu testimoni dari warga yang hadir on the spot.Â
Agak viral juga sih ternyata video ini. Komentar-komentarnya banyak mengarah pada "pesta pejabat" dan tidak cocok dikatakan ini "pesta rakyat".
Lalu ada juga yang membandingkan dengan pelaksanaan antara ketika dipimpin oleh walikota sekarang dan sebelumnya. "Lebih merakyat, tidak banyak batasan".
Perimbangan
Memang, dilihat dari salah satu sudut pandang ada benarnya. Dan itu harus menjadi catatan dan evaluasi buat para pemangku kepentingan dan siapapun pihak yang terkait dengan gelaran FRUS ini.
Kritik dan saran sebagai masukan agar bisa berbenah lebih baik lagi. Karena tidak mungkin sebuah acara dikemas begitu rupa hanya menonjolkan satu sisi wajah. Kemewahan, glamour, gebyar yang nampak hadir lewat balutan dokumentasi yang tertata apik.