Menengok kembali catatan waktu
Rekaman digital pada foto yang ada
Ternyata sudah tujuh purnama berjalan
Sejak kali pertama dia berbunga
Senang dan gembira saat kali pertama menyaksikannya
Bakal buah yang terus bermunculan
Membayangkan kelebatan dan hasil yang bisa didapatkan nanti
Tak terhitung banyaknyaÂ
Namun cuaca sepertinya mengaburkan harapan
Satu persatu bunga-bunga yang bermunculan
Gugur sebelum masanya tiba
Terpangkas oleh hembusan yang kencang atau siraman kuat air hujan yang datang
Ada teknik tersendiri, ia harus dikawinkan secara manual
Jika ingin mendapatkan hasil yang lebih maksimal
Bukan hanya mengandalkan proses alami yang terjadi
Susah terjadi pembuahan, begitulah sharing pengalaman para suhu
Maka... semangat yang mulai redup menggeliat kembali
Apa salahnya mencoba, menemukan pengalaman dan ilmu yang baru
Ternyata memang tak semudah teori yang didapatkan
Menemukan bunga jantan dan betina di satu waktu, bukanlah perkara yang mudah
Ya sudahlah... apapun yang terjadi, biarlah itu terjadi
Kalau memang dia tak menghasilkan buah, ada saatnya untuk dimatikan
Buat apa juga memelihara tanaman yang tak bisa menghasilkan
Hanya memberikan kesan buruk, mengurangi kualitas buat tanaman produktif lainnya
Kesabaran yang terkikis
Tanpa sadar memberikan jalan harapan kembali
Alam berpihak
Satu dua di antara bakal buah yang kuncup terus bertumbuh, terlihat kian membesar...
Namun... lagi-lagi faktor alam jua yang menentukan
Curah hujan yang tinggi
Desir angin berhembus yang cukup kuat
Meluluhlantakkan impian
Bakal buah yang mulai berbentuk bulat
Gogrok kembali, terjatuh dengan sendirinya
Kalau tidak, ia membusuk pada batang pemberi harap
Lalu terlepas dari tangkai pemberi nutrisi
Apalah daya... Memang takdir alam tak bisa dilawan
Kecuali hanya mengakali agar asa tak benar-benar sirna
Pasrah dengan kehendak alam dan Sang Pengatur Waktu
Bahwa hidup dan kehidupan ada dalam genggaman tangan kasih-Nya
Sekepal tak sampai
Masih terlalu jauh
Lagi-lagi itu yang terjadi
Ingin rasanya menangis saja
Mengapa waktu penantian yang panjang ini
Tak ada satu saja yang berhasil
Agar jangan rasa kecewa ini
Tak ada obat penggantinya
Hingga tanpa sadar waktu terus berlalu
Kebaikan-Nya mulai  mewujudnyata
Pinta dalam doa di hati
Terkabul pula
Lewat satu bakal buah yang datang bersembunyi
Entah kapan ia mulai ada dan tumbuh
Tetiba saja sudah membesar
Setara ukuran sebutir telur pada umumnya
Dan... Kesabaran itu membuahkan hasil
Padahal baru sadar jika tangkai utamanya sudah habis mengering
Entah ia tumbuh dan mendapat sari makanan dari mana
Jelasnya ada batang baru yang menopang pertumbuhan hidupnya
Jerih lelah
Perjuangan panjang penantian
Lunas terbayar sudah
Terima kasih Sang Pencipta
Buah pertama dan satu-satunya
Dari biji yang tumbuh secara liar ini
Kini dapat dinikmati hasilnya
Sungguh alangkah indah hari pemberian-Mu
Hendra Setiawan
Minggu, 5 Maret 2023
*) Selanjutnya, versi artikel: "Suka Duka Bertanam Labu Kuning"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H