Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Menikmati Konser Agustusan dalam Paduan Sastra Geologi dan Folk Musik

22 Agustus 2022   18:00 Diperbarui: 22 Agustus 2022   18:07 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konser Musik Agustusan di Surabaya (foto: Heru SM)

Geologi, puisi, dan musik. Jika digabungkan jadi seperti apa ya?

Wah asyik juga ternyata... Keren, bisa dinikmati. Walau memang harus meresapi dulu kata dan makna yang dilantunkan.

Kira-kira begitulah saat awal menyaksikan pertunjukan “Andang Bachtiar dan Penyelaras” (ADB & Penyelaras) dalam Konser Musik Agustusan di malam minggu lalu (20 Agustus 2022). Bertajuk “Cerdas Merdeka”, kegiatan ini dilaksanakan di halaman jalan kampung depan Galeri Tedja Suminar, jalan Lapangan Dharmawangsa Surabaya.

Simak saja reff. dari lagu pembuka berjudul “Belajar dari Batu” ini.

Sudahkah kau belajar
Tentang diam dari batu
Menyimpan cerita
′Tuk dibaca yang berguru

Sudahkah kau belajar
Tentang sabar dari air
Tak henti mengalir
Mengikis ria mengendapkan nafsu

Wow keren... tapi nek ngene jare arek Suroboyo, ‘jeru iki'..." timpal MC memberikan apresiasi. Maksudnya, paduan karya ini unik dan bagus. Namun berbobot, punya makna yang dalam.

Maklumlah, latarbelakang Andang adalah seorang geologis. Maka karya-karyanya tak jauh dari disiplin ilmu yang digelutinya. Mantan ketua IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) dua periode mulai 2000-2005 ini memaparkan, agar geologi itu juga memasyarakat. Ia menyebutnya karyanya sebagai “Geopuisifilosofi”.

Gelaran musik, menghibur masyarakat sekaligus memberikan edukasi (foto: Heru SM) 
Gelaran musik, menghibur masyarakat sekaligus memberikan edukasi (foto: Heru SM) 

Konser Musik Agustusan

Kegiatan untuk komunitas dan masyarakat umumnya di Surabaya ini adalah bagian kedua. Sebelumnya, diawali dari homebase di kota Malang tepat di hari kemerdekaan.

Selain bermusik, melantunkan karya-karya sendiri, di kota Pahlawan ini, grup ADB & Penyelaras juga menyanyikan lagu karya musisi legenda Surabaya. Small tributes untuk Gombloh (lagu Kebyar-Kebyar), Leo Kristi (lagu Dirgahayu Indonesia Raya), dan Franky Sahilatua (lagu Perahu Retak).

Anggota grup Penyelaras sendiri kini digawangi oleh Charles Djalu, Endri Wejoe, Andhika R. N., Redy Prasetyo, dan Retno Pamedarsih, serta Angga. Ditambah Kurnia Wahyu sebagai auditional player.

Sajian yang masih erat dengan nuansa bulan kemerdekaan ini, diawali dengan suguhan tarian khas Jawatimuran. Ada yang khas Banyuwangi, serta karya tuan rumah berupa Sparkling Surabaya (bukan Remo seperti biasanya). Tak lupa juga dengan menyanyikan bersama Indonesia Raya sebagai lagu wajib acara.

Sementara untuk sesi bincang-bincangnya, menghadirkan dosen Geofisika ITS Dr. Amien Widodo. Dialog ini mengambil tema “Tapal Kuda dan Selat Madura Purba; dari Bojonegoro sampai Sidoarjo; dari Prasejarah, Majapahit sampek Saiki (* sampai sekarang)” .

Tari Sparkling Surabaya yang rancak sebagai sambutan (foto: Hendra Setiawan)
Tari Sparkling Surabaya yang rancak sebagai sambutan (foto: Hendra Setiawan)

Ilmu Pengetahuan dalam Karya dan Rasa

Menikmati karya ADB & Penyelaras seakan menemukan cara baru dalam bereskplorasi seni, tanpa meninggalkan latar belakang keilmuan yang dimiliki. Artinya, kerinduan Andang sebagai geologis senior yang ingin memasyarakatkan ilmu dan pengetahuan ini ke tengah masyarakat pada umumnya, bisa terangkum lebih ‘membumi’. Tak melulu dalam bentuk artikel resmi yang berpanjang kata. Namun bisa dalam bentuk tuturan kata sederhana lewat baris-baris pendek semacam puisi.

Karya-karyanya akhirnya bisa menjelma dalam bentuk lagu, dari perkenalannya yang tidak disengaja dengan duo anggota Penyelaras. “Ketemunya waktu di Perancis, saat tur musik ke Eropa,” kata Charles Djalu mengisahkan.

Waktu itu ia bersama rekannya Endri Wejoe yang tergabung dalam grup musik Splendid Dialog memperkenalkan folk music tanah air di beberapa negara kawasan Eropa (tahun 2019). “Wah kayaknya asyik ini. Waktu itu saya pikir kayaknya cocok ini, karena saya lihat musiknya juga puitis,” kenang Andang yang kala itu masih bermukim di negeri Menara Eiffel.

Maka seperti yang bisa dinikmati sekarang. Kolaborasi ini adalah project yang unik. Dalam lirik lagu pasti ada bahasan geologi, misalnya sedimen bebatuan, vulkanologi letusan gunung berapi dan lain-lain.

Album Melembutkan Batu  karya ADB & Penyelaras sendiri sebenarnya sudah beredar pada awal tahun 2021 lalu. Terdiri dari 16 lagu. Judulnya yang unik selain Belajar dari Batu, ada Vulkanologi Rindu, serta Khotbah Nikah Geologi. Haha, asikin aje... Amat khas dengan dunia yang digelutinya.

Hmm... bisa jadi inspirasi juga ya buat teman-teman yang suka berpuisi tapi punya latar belakang keilmuan lainnya. Tetap bermanfaat pendidikannya, tapi pun tetap menikmati talenta lain di sisi yang lain.

Cuplikan penampilannya bisa lihat di akun IG saya berikut ini, karena tidak disiarkan streaming waktu ini. Terima kasih dan merdeka...!


Hendra Setiawan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun