Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Waspada Monday Blues dan Post Holiday Blues, Sindrom Pasca Liburan

23 Mei 2022   18:00 Diperbarui: 23 Mei 2022   18:01 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhenti bekerja, tidak melakukan apa-apa. Apalagi yang sebelumnya punya jabatan atau kedudukan yang baik (tinggi) di suatu instansi atau pekerjaan. Kini, tak ada lagi rekan atau anak buah. Seakan hidup menjadi sepi. Gejala ini biasanya disebut dengan Post Power Sindrom.

Nah, kalau habis melakukan liburan panjang, apalagi beberapa kali dalam sebulan. Seperti yang terjadi di bulan Mei 2022 ini. Tetapi dalam mengisi hari libur itu tetap merasa belum puas juga. Inginnya masa liburnya bisa ditambah lagi. Itu namanya orang sedang mengalami Post Holiday Blues.

Kondisi emosional seperti ini bisa dialami oleh setiap orang. Macam-macam bentuknya. Bisa sedih, galau, cemas dan sebagainya. Hal ini biasanya mengacu pada faktor tekanan mental jangka pendek. Apalagi akan bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang menjengkelkan lagi.

Memang, pada umumnya, masa liburan menjadi waktu yang ditunggu-tunggu. Menyenangkan karena untuk sementara waktu bisa lebih rileks. Bebas dari segala tuntutan rutinitas yang kadangkala dianggap terlalu berat, membebani, menyita banyak waktu.

Tetapi bagi sementara orang yang lainnya, justru masa liburan adalah periode yang tidak menyenangkan. Apalagi jika pada titik orang harus kembali beraktivitas “normal”. Hal seperti ini belum siap untuk dijalankan kembali.

Beberapa faktor yang bisa dilihat atau dirasakan ketika orang mengalami Post Holiday Blues antara lain memiliki kecemasan, suasana hatinya tidak dalam keadaan yang baik. Merasa mudah tersinggung, stres atau mengalami depresi. Akibat memikirkan sesuatu secara berlebihan, menjadi insomnia. Jadi bukan sebuah motivasi baru yang dapat menggugah semangat ketika mendapatkan hari libur panjang.  

Usainya masa liburan tentu harus disambut dengan ‘keikhlasan”. Bahwa memang semua itu ada waktunya sendiri. Mau tidak mau harus diterima dan dijalani.

Sindrom Benci Hari Senin

Hampir mirip dengan Post Holiday Blues, malas menghadapi hari Senin juga menjadi sindrom bagi para pekerja khususnya. Maka ada ungkapan umum, “I Hate Monday”. Aku benci hari Senin!.

Ya, kalau hari Sabtu ada yang libur alias 5 hari kerja, keasyikan dan kesenangan yang harus berakhir, bisa jadi ditanggapi dengan sebaliknya. “Kembali lagi pada kesbukan...” Masih malas rasanya memulai hari yang baru.

Istilah I Hate Monday disebut juga dengan Monday Disease atau "virus Senin". Mengapa begitu? Konon hal ini bermula dari gejala berulang dari para pekerja penyortir bulu domba (wool). Mereka terserang asma di hari Senin setelah libur akhir pekan. Asma ini diduga kuat berasal dari bulu domba itu. Makanya mereka sangat membenci tibanya hari Senin, lantas mengucapkan “I hate Monday”.

  

Perubahan Siklus Tubuh

Secara psikologis banyak orang membenci hari Senin. Hal ini karena adanya perubahan siklus alamiah tubuh. Pada akhir pekan itu, tubuh dan otak bekerja lebih santai, karena tidak perlu memikirkan pekerjaan yang berat-berat.

Namun begitu memasuki hari pertama dalam pekan yang berjalan, mode “on” aktif kembali. Mental yang baik harus dijaga untuk bisa beraktivitas kembali secara normalnya.

Pada libur akhir pekan, orang bisa bersantai, tidur-tiduran, bermalas-malasan. Waktu yang sebenarnya cukup untuk beristirahat. Meskipun begitu, ketika hari Senin tiba, saat mengalami kelelahan, orang bisa mudah marah. Seakan hari bebas dan bersantai-ria terenggunt, terampas dan hilang.

Pergantian siklus inilah yang membuat Senin terasa menjadi hari yang tidak menyenangkan. Jam biologis yang terasa menyenangkan di akhir pekan menjadi terganggu dengan berlalunya hari libur.

Menjaga Ritme Tubuh

Jam tidur. Bisa jadi ini hal yang sepele. “Nyaur utang”, membayar hutang tidur. Begitu kebanyakan alasan orang untuk bermalas-ria di hari libur. Lebih banyak waktunya dipakai tidur. Alasannya, karena selama bekerja, waktu tidurnya banyak berkurang.

Perubahan pola tidur di akhir pekan seperti ini sepertinya masuk di akal. Namun sesungguhnya, justru dengan adanya jam tidur ekstra di akhir pekan hanya membuat tubuh lebih lelah. Sebab jam biologis tubuh akan memproses ulang perunahan yang terjadi ini. Sehingga untuk bangun pagi pada hari Senin, rasanya lebih malas. Capek, dan masih kurang waktu istirahatnya.

Jadi alangkah baiknya untuk ke depan, jangan lagi melakukan aksi balas dendam dengan tidur lebih banyak durasi waktunya. Sebab, dari studi yang dilakukan, membayar “utang tidur” punya dampak yang sama seperti orang kurang tidur.

Atur Keseimbangan Waktu 

Era kini, apalagi masa pandemi, orang justru diharapkan bisa melakukan pekerjaan di/dari rumah. Work Frome Home (WFH). Tidak perlu harus hadir secara fisik ke kantor kalau memang bisa dimungkinkan pekerjaan itu dilakukan secara online.

Terkadang, akibat hal ini, batasan antara kehidupan pribadi (keluarga) dan kantor menjadi tumpang tindih. Bahkan tak jelas perbedaannya. Maka perlu ada perubahan cara pandang dan pola kerja yang lebih tegas. Kapan waktunya “bekerja”, kapan waktunya harus “di rumah”.

Akhir pekan, liburan, semaksimal mungkin dimanfaatkan sebaik-baiknya. Relaksasi tubuh dan pikiran perlu diseimbangkan biar lebih fresh menjalankan aktivitas di hari kerja selanjutnya.

Caranya, bisa dengan melakukan olahraga atau melakukan hobi, menjalankan kegemaran yang disukai. Pendek kata, lupakan sejenak urusan pekerjaan kantor.

Adanya gangguan pekerjaan yang terbawa saat menjalankan liburan, justru membuat kecemasan lebih tinggi di hari bersantai. Namun sekadar menyusun perencanaan saat esok memulai pekerjaan rutin, boleh dilakukan. Hal itu untuk meredakan datangnya sindrom I Hate Monday.

Selamat hari Senin yang menyenangkan....

23 Mei 2022

Hendra Setiawan

 

*)  Bacaan:  Kompas,  TribunNews,  Detik,  Dream,  Kontan,  SehatQ,  Beautynesia

**)  Sebelumnya:  Bertoleransi Lewat FYP Tiktok "Tuhan Yesus Tidak Berubah"

Terkait:  Jelajah Jalanan Kota Surabaya di Masa Arus Balik Lebaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun