Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Waspada Monday Blues dan Post Holiday Blues, Sindrom Pasca Liburan

23 Mei 2022   18:00 Diperbarui: 23 Mei 2022   18:01 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malas bekerja setelah liburan, waspada sindrom post holiday atau monday blues (foto via sehatq.com)

Istilah I Hate Monday disebut juga dengan Monday Disease atau "virus Senin". Mengapa begitu? Konon hal ini bermula dari gejala berulang dari para pekerja penyortir bulu domba (wool). Mereka terserang asma di hari Senin setelah libur akhir pekan. Asma ini diduga kuat berasal dari bulu domba itu. Makanya mereka sangat membenci tibanya hari Senin, lantas mengucapkan “I hate Monday”.

  

Perubahan Siklus Tubuh

Secara psikologis banyak orang membenci hari Senin. Hal ini karena adanya perubahan siklus alamiah tubuh. Pada akhir pekan itu, tubuh dan otak bekerja lebih santai, karena tidak perlu memikirkan pekerjaan yang berat-berat.

Namun begitu memasuki hari pertama dalam pekan yang berjalan, mode “on” aktif kembali. Mental yang baik harus dijaga untuk bisa beraktivitas kembali secara normalnya.

Pada libur akhir pekan, orang bisa bersantai, tidur-tiduran, bermalas-malasan. Waktu yang sebenarnya cukup untuk beristirahat. Meskipun begitu, ketika hari Senin tiba, saat mengalami kelelahan, orang bisa mudah marah. Seakan hari bebas dan bersantai-ria terenggunt, terampas dan hilang.

Pergantian siklus inilah yang membuat Senin terasa menjadi hari yang tidak menyenangkan. Jam biologis yang terasa menyenangkan di akhir pekan menjadi terganggu dengan berlalunya hari libur.

Menjaga Ritme Tubuh

Jam tidur. Bisa jadi ini hal yang sepele. “Nyaur utang”, membayar hutang tidur. Begitu kebanyakan alasan orang untuk bermalas-ria di hari libur. Lebih banyak waktunya dipakai tidur. Alasannya, karena selama bekerja, waktu tidurnya banyak berkurang.

Perubahan pola tidur di akhir pekan seperti ini sepertinya masuk di akal. Namun sesungguhnya, justru dengan adanya jam tidur ekstra di akhir pekan hanya membuat tubuh lebih lelah. Sebab jam biologis tubuh akan memproses ulang perunahan yang terjadi ini. Sehingga untuk bangun pagi pada hari Senin, rasanya lebih malas. Capek, dan masih kurang waktu istirahatnya.

Jadi alangkah baiknya untuk ke depan, jangan lagi melakukan aksi balas dendam dengan tidur lebih banyak durasi waktunya. Sebab, dari studi yang dilakukan, membayar “utang tidur” punya dampak yang sama seperti orang kurang tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun