Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Sejarah Tradisi Mudik, dari Zaman Majapahit hingga Masa Pandemi

30 April 2022   20:00 Diperbarui: 30 April 2022   20:31 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program mudik gratis oleh Dinas Perhubungan Jawa Timur pada 28/4/2022 (foto: Heru SM)

Melihat fenomena mudik yang terjadi, ada perbedaan besar antara motif awal dan perkembangannya. Sebagai pembanding, jika di tahun 1970-an, nampak motif utama mudik lebih memiliki sifat "tradisionalistik". Artinya, warga yang sudah merantau di kota, hendak kembali mengisi kegiatan dan pola kehidupan tradisonalnya dahulu di kampung halamannya.

Sementara itu, memasuki awal abad ke-21, motif mudik telah bergeser ke arah yang lebih "rasional". Mudik dilakukan  dengan alasan praktis semata. Misalnya, sebagai rekreasi bersama keluarga dalam suasana kekeluargaan. Atau, sebuah pertemuan keluarga besar yang bisa dilakukan secara efektif dan efisien. Dalam waktu yang berbarengan, ketika para anggota keluarga punya hari libur yang agak panjang. Mereka bisa meluangkan waktu secara bersama di tempat yang sama pula.

Sisi Positif dan Negatif

Secara sosio-kultural, mudik punya sisi positif. Momen ini bisa mempertemukan anggota keluarga yang sudah berpisah lama dengan tempat tinggalnya yang cukup berjauhan pula. Kekerabatan dan keakraban bisa terjadi lagi.

Secara sosial ekonomi, akan ada pemerataan ekonomi di berbagai tempat. Perputaran uang tak hanya terjadi di kota besar, tempat para pemudik berdomisili. Belanja ini bisa juga terjadi di kampung halaman masing-masing.

Secara spirit emosional, dengan mudik, akan ada energi positif yang bisa bangkit kembali. Dengan begitu, ada harapan produktivitas muncul kembali ketika tradisi mudik selesai dilakukan.

Namun pada sisi sebaliknya, tradisi mudik menyisakan sebuah persoalan. Hal yang kelihatan adalah dari segi transportasi. Ada kemacetan di jalan raya, yang terjadi akibat mobilitas tinggi yang terjadi di saat yang terbatas. 

Ada pula masalah kerawanan di rumah yang ditinggalkan pemudik. Juga meningkatnya persoalan polusi atau lingkungan yang terjadi akibat mudik rame-rame. 

Serta yang tak bisa dihindari juga adalah meningkatnya konsumerisme di masyarakat. Membelanjakan sesuatu yang sebenarnya bukan hal yang pokok. Ditambah pamaer saat mudik sebagai bukti kesuksesan setelah merantau.

Mudik di masa pandemi seperti saat ini, tentu saja harus disikapi dengan ekstra kewaspadaan. Jangan sampai seperti yang dikhawatirkan akan adanya risiko kasus aktif baru. 

Jadi, tetaplah jaga diri, guna melindungi keluarga dan kesehatan bersama. Semoga mudik tahun ini bisa senyaman sebelumnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun