Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Disebut "Trihari" Suci Paskah, tapi Mengapa Jumlahnya Jadi Empat Hari?

15 April 2022   18:00 Diperbarui: 15 April 2022   18:01 1535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar (dok. pribadi)

Inilah yang sebenarnya menjadi puncak perayaan iman umat kristiani (bukan pada Natal).  Sebab Yesus telah benar-benar menggenapi Firman-Nya. Ia bangkit dari kematian fisik. Mengalahkan kuasa maut, menebus dosa umat manusia. 

Tentu saja, pengorbanan diri-Nya adalah memulihkan hubungan kembali dengan Allah yang sebelumnya sudah rusak. Paskah menjadi titik balik kekuatan iman, pada janji keselamatan yang kekal.

Kronologi Waktu, Beda Pemahaman

Nah, ini yang akhirnya jadi pertanyaan juga bagi umat yang awam. Melihat penjelasan Trihari Suci di atas, urutannya adalah Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi (Suci), dan Minggu Paskah? Jadinya empat hari, bukan tiga dong...?.

Trihari Suci [Paskah] itu dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Latin "Triduum" yang berarti tiga hari. Maksudnya tiga periode waktu penuh hitungan 24-jam. Triduum ini dilakukan untuk mengenang penderitaan, kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus.

Sebutan "trihari" alias tiga hari sebenarnya bukan untuk merujuk pada jumlah harinya, Sebagaimana dipahami konteks waktu Indonesia, tempat kita tinggal. Kamis hingga Minggu, jika dihitung waktu permulaan pkl. 00.01 - 23.59 maka ketemunya memang empat hari.

Membaca ayat-ayat Kitab Suci tentang cara orang Yahudi (bangsa Ibrani) dalam menghitung hari, dapat diketahui bahwa sebuah peristiwa biarpun durasinya kurang dari satu hari, tetap dihitung sehari penuh. Itu pemahaman pertama.

Pemahaman kedua adalah soal cara hitung waktu yang dipakai sebagai dasar perhitungan. Permulaan perhitungan yang disebut "hari" adalah waktu matahari terbit hingga terbenam. Sebaliknya, malam adalah waktu matahari terbenam hingga matahari terbit lagi esok. Kira-kira hari jam 6 pagi dan malam dimulai 18.00.

Dengan cara hitung tradisional ini, maka dari Kamis petang ke Jumat petang dihitung satu hari. Demikian seterusnya hingga ke Sabtu petang berarti dua hari. Dan jika dilanjutkan ke Minggu petang ketemulah waktu tiga hari lamanya.

Maka, kalaupun ada teks yang mengatakan Yesus bangkit pada hari ketiga setelah kematian-Nya. Itu berarti dihitungnya dari sore hari Jumat ini (pkl. 15.00 waktu Indonesia), Yesus mengalami kematian. Jumat petang ini (mulai pkl. 18.00 waktu Indonesia) sudah masuk hari kedua. Dan Minggu pagi-pagi benar, kala Yesus bangkit dari kubur adalah perhitungan waktu di hari ketiga. It's clear!

Jadi, memahami pengertian triduum alias trihari suci ini lebih merujuk pada konteks waktu yang dipakai dalam teks Kitab Suci. Bukan merujuk pada pengertian umum yang dipahami secara universal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun