Hahaha.... gambar di atas seandainya tak ditambahi kata-kata 'satir' di atasnya, sebenarnya tak terlalu menjadi persoalan serius. Masih bisa mencerna atau memahai bahasa gambar.
Namun karena ada tambahan tulisan di atasnya, jadinya malah lucu. Persis menggambarkan konteks kehidupan yang ada masa kini. Bagaimana pemaksaan kehendak dibungkus dengan kalimat sakti ‘toleransi’.
“Bagiku nyanyiku. Bagimu nyanyimu. Tapi kamu harus menikmati nyanyianku.”
Meme dari film kartun Doraemon ini betul-betul realistis. Menjadi sebuah sindiran telak.
Bagi yang pernah mengalami langsung, pasti akan merasa terhibur. Bagaimana bisa katanya menghargai orang lain bernyanyi atau punya lagu kesukaan sendiri. Tetapi di sisi lain memaksa mereka untuk menikmati lagunya sendiri.
Pengaturan Pengeras Suara
Isu yang lagi hits belakangan ini adalah dikeluarkannya Surat Edaran Nomor SE. 05 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala dari kementerian agama. Niat baik dari Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Agama teranyar republik ini rupanya menjadi bias informasi di sebagian kalangan masyarakat.
Akibatnya, niat baik yang hendak memberikan pedoman biar tidak terjadi ‘kebisingan’ dari alat pengeras suara, mendapatkan penentangan. Pokok persoalannya melebar kepada hal yang berada di luar konteks, materi peraturan yang disebutkan.
Penjelasan dari Gus Yaqut yang ditanggapi secara sepotong dari analogi yang disampaikannya, menjadi isu yang santer diperbincangkan. Ya, tak heran sih. Panggung politik kan begitu. Tak asyik kalau tak jadi polemik.