Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendapatkan Beasiswa Itu Susah-Susah Gampang

26 November 2021   18:00 Diperbarui: 26 November 2021   18:01 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisuda (foto: Shutterstock via kompas.com)

Mendapatkan beasiswa pendidikan. Hmm, siapa yang tak mau? Lumayan, kalau bisa meraihnya. Sudah tak perlu bingung lagi membayar SPP bulanan. Kalau ada lebihnya, bisa ditabung atau untuk keperluan yang lain. Semacam membeli buku, fotocopy, atau kebutuhan lain yang mendukung keperluan sekolah.

Beasiswa pendidikan kali pertama saya mengenalnya semasa SMA. Waktu itu jadwalnya bayar SPP bulanan. Bersama kawan-kawan yang lain di ruang TU (Tata Usaha), terus mendapatkan kabar yang mengejutkan dari petugas yang mengurusi keuangan sekolah.

"Wah, enak Mbak "A", bulan depan SPP-nya gratis."

Lha, memangnya ada apa? Mengapa si A bisa mendapatkan keuntungan seperti itu? Nah, usut punya usut, ternyata si A tadi bisa bebas membayar SPP bulanan karena ia sebelumnya mendapatkan rangking pertama di kelasnya. Jadi pihak sekolah memberikan kebijakan alias bonus berupa pembebasan pembayaran SPP 100 persen.

Keuntungan orang pintar ya, begitulah.... Ia mendapatkan apresiasi secara finansial.

Model Beasiswa

Beasiswa pendidikan model seperti di atas rasanya sudah cukup jamak. Bagi pihak (institusi) penyedia beasiswa, pemberian reward (hadiah) kepada mereka yang memang secara murni punya kemampuan akademik yang bagus adalah sebuah kewajaran. Prestasi yang baik yang mendapatkan ganjaran yang baik, akan memicu para peserta didik lain untuk bisa berkompetisi secara sehat.

Model beasiswa seperti ini nampaknya juga mengalami perkembangan bentuk. Namun jumlahnya masih sedikit alias jarang yang menyediakannya.  Yakni pemberian beasiswa non-akademik. Artinya, seseorang tidak hanya cukup dinilai dari kemampuan asah otaknya. Namun juga dalam bentuk prestasi lain, seperti di bidang olahraga dan seni.

Beasiswa model yang lain adalah dengan cara menilai kemampuan finansial dari orang tua. Artinya beasiswa diberikan kepada anak yang orang tuanya secara ekonomi bisa dikatakan tingkat menengah ke bawah. Jadi prioritasnya tidak cuma menilai dari nilai akademik semata dari si calon penerima beasiswa.  

Tips Mencari dan Mendapatkan Beasiswa

Berhubung tulisan ini berangkat dari pengalaman semata, barangkali tak juga bisa jadi patokan. Namun setidaknya bisa menjadi tambahan bekal.

1. Rajin mencari tahu beasiswa pendidikan

Tidak seperti zaman sekarang, "dunia dalam genggaman", dulu informasi beasiswa bisa didapatkan terbatas lewat mading atau informasi lisan.  Jadi, rajin-rajinlah mencari tahu institusi atau perusahaan mana saja yang menyediakan beasiswa.

Keluarnya informasi beasiswa seperti ini datangnya tidak bersamaan. Bisa sewaktu-waktu di luar jadwal tahun pelajaran/akademik dimulai.

Kenal baik dengan "orang dalam" sebenarnya juga tak salah kok.  Kan hanya sekadar mencari informasi, bukan mencari celah untuk mengelabuhi sistem yang ada.

Bagian administrasi adalah alternatif tempat terpercaya untuk mencari tahu soal beasiswa. Baik itu yang disediakan oleh sekolah/kampus, maupun yang datangnya  dari luar.

Semasa mahasiswa dulu, yang paling umum adalah semacam beasiswa "S", yang seleksinya tak terlalu ketat. Beda misalnya dengan "D" atau "A" yang memberikan syarat tambahan lain selain nilai tapi juga deadline masa studi (kuliah).  Misalnya, nilai harus stabil, tak boleh naik turun secara drastis IP (Indeks Prestasi) setiap semester dan tepat waktu dalam masa perkuliahan yang berjalan itu.

2. Kenali calon pemberi beasiswa

Mengajukan permohonan beasiswa ada kalanya juga harus "pintar-pintar" menyiasati. Sebab pencari beasiswa nyatanya juga tak sedikit. Mereka akan diseleksi lagi secara administratif oleh penyedia beasiswa.

Jadi, baca persyaratannya baik-baik. Penuhi poin-poin apa saja yang menjadi dasar pemberian beasiswa tadi. Kalau tak tepat sasaran, tentu tak bisa mendapatkan.

Misalnya untuk studi akhir, pihak kampus menyediakan bantuan finansial kepada mahasiswa dalam penulisan skripsi. Seperti namanya, beasiswa ini dikhusukan bagi mahasiswa yang benar-benar serius untuk menyelesaikan skripsinya.

Jadi kalau masih sekadar mengajukan judul dan belum jalan, tak usah berharap mendapatkannya. Pasti ditolak. Beda jika si mahasiswa menulis karyanya menuju pada bab pembahasan. Sedikit lagi pada bagian penutupnya. Kemungkinan besar akan di-ACC.

3. Jangan minder

Kalaupun persaingan lewat jalur nilai akademis dinilai terlalu tingi potensi penolakannya, carilah beasiswa yang prioritasnya lain. Sesuaikan saja dengan kemampuan non-akademisnya.

Bisa pula mengikuti beasiswa yang diberikan oleh jalur komunitas atau organisasi. Tetapi khusus yang satu ini, biasanya melalui orang tua. Kalau mereka mengikuti sebuah organisasi dan di dalamnya ada program pemberian beasiswa, kebanyakan jalannya lebih mudah dan terbuka.

Mengincar Beasiswa

Mendapatkan beasiswa ikatan dinas, tentu lebih enak. Lulus sekolahnya, langsung mendapatkan pekerjaan. Wow, siapa yang tak mau....

Angan-angan mendapatkan beasiswa seperti itu, tentu harus diimbangi dengan kemampuan yang seimbang, sesuai prasyarat yang sudah ditetapkan dari pemberi beasiswa.

Namun kalau itu tak berhasil didapatkan, jangan lantas kecewa. Banyak jalan dan peluang. Tinggal kita bisanya memanfaatkan jalur yang seperti apa.

Ada penyedia beasiswa yang memberikan beasiswa pendidikan itu hanya sekali dalam masa studi. Ada pula yang bisa diperpanjang kembali pada semester-semester ke depannya. 

Jadi sampai lulus mendapatkan beasiswa yang sama, juga tak masalah. Walaupun mungkin secara jumlah tak besar. Ketimbang mengincar beasiswa yang jumlah pemberiannya besar namun hanya sekali waktu tertentu.

Sebagai catatan penutup, kalau adik-adik yang sekarang ini sedang mencari beasiswa, jangan sampai kendor dalam belajarnya. Merasa sudah ada yang membiayai, jadi tak perlu giat lagi.

Justru mendapatkan beasiswa adalah tantangan dan beban. Beasiswa adalah apresiasi, penghargaan. Seperti mendapatkan medali, harus bisa dipertahankan mati-matian.

26 November 2021

Hendra Setiawan

*)  Tulisan sebelumnya: Guruku, Teladanku,  dan   Toleransi, Jangan Basa-Basi

Artikel Utama:  Siasat Agar Pemakaian Minyak Goreng Awet dan Tahan Lama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun