Enaknya punya stok bahan dapur yang tahan lama, tak perlu bingung dan pusing untuk memikirkan laju harganya. Seperti misalnya minyak goreng, salah satu kebutuhan utama pekerja dapur.
Pada pekan ini waktu ke supermarket untuk membeli keperluan yang lain dan dan cek harga, ternyata benar, harga minyak goreng sudah melambung tinggi. Pantas saja berita ini sempat jadi trending di awal bulan.Â
Kondisi ini sebenarnya cukup ironi bagi Indonesia, mengingat ia dikenal sebagai produsen sawit (bahan baku minyak goreng) terbesar di dunia. Melambungnya harga ini tidak saja untuk kemasan, tapi juga yang curah.
Faktor eksternal alias gejolak di pasaran internasional ditengarai menjadi penyebabnya. Sebab secara perhitungan, kebutuhan minyak goreng nasional sebesar 5,06 juta ton per tahun. Sedangkan produksinya bisa mencapai 8,02 juta ton.
Siasat Rumah Tangga
Berhubung minyak goreng ini menjadi bahan pilihan utama kebutuhan dapur sehari-hari, maka tentu saja dibutuhkan beragam kiat untuk menyiasati agar ia bisa awet dan tahan lama. Tentu saja bukan berarti mengurangi memasaknya, lalu membeli makanan jadi. Sama saja, tidak berhemat namanya, hehe...
Nah, apa saja yang sebenarnya menjadi ragam persoalan dapur sehubungan dengan keberadaan minyak goreng ini?
A. Perubahan Warna
Bagi yang sering berada di dapur (tak hanya kaum hawa tentunya), perubahan warna minyak biasanya yang paling sering dijumpai. Saran kesehatan pada umumnya menganjurkan untuk pemakaian 2-3 kali pemakaian saja. Lebih dari itu, warna minyak goreng jadi keruh dan menghitam. Tak lagi cerah kekuningan seperti awalnya.
Pemaksaan pemakaian minyak goreng yang sudah tak layak pakai itu bisa merusak makanan itu sendiri. Baik dari segi warna, aroma, hingga tekstur masakan yang dibuat. Sudah tak sedap dipandang, rasanya juga tak seenak jika minyak gorengnya masih baru.